Syarah Doa Orang Mukim Untuk Musafir (2)
13/10/2013 Tinggalkan komentar
زَوَّدَكَ اللهُ التَّقْوَى، وَغَفَرَ ذَنْبَكَ، وَيَسَّرَ لَكَ الْخَيْرَ حَيْثُ مَا كُنْتَ
“Semoga Allah membekalimu ketakwaan, mengampuni dosa-dosamu, dan memudahkan kebaikan kepadamu di mana pun kamu berada.[1]
Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu.
Hadits seutuhnya adalah ungkapan Anas Radhiyallahu Anhu,
رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أُرِيدُ سَفَرًا فَزَوِّدْنِي قَالَ زَوَّدَكَ اللَّهُ التَّقْوَى قَالَ زِدْنِي قَالَ وَغَفَرَ ذَنْبَكَ قَالَ زِدْنِي بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي قَالَ وَيَسَّرَ لَكَ الْخَيْرَ حَيْثُمَا كُنْتَ
“Datang seorang pria kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam lain berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku hendak bepergian, maka bekalilah aku.’ Maka, beliau bersabda, ‘Semoga Allah membekalimu ketakwaan.’ Pria itu berkata lagi, ‘Tambahilah.’ Beliau bersabda, ‘Dan semoga Allah mengampuni dosa-dosamu.’ Pria itu berkata lagi, ‘Tambahilah.’ Beliau bersabda, ‘Dan semoga memudahkan kebaikan untukmu di mana pun kamu berada'”
Dalam hadits ini pemberitahuan bahwa orang yang akan ditinggalkan boleh memilih apakah mengucapkan sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Ibnu Umar atau hadits ini. Yang lebih baik adalah menggabungkan antara keduanya, sehingga kadang-kadang mengucapkan yang ini dan kadang-kadang mengucapkan yang itu.
Ungkapan زَوَّدَكَ اللهُ التَّقْوَى ‘semoga Allah membekalimu ketakwaan‘, do’a dalam bentuk kaiimat khabariah. Artinya, ya Allah, bekalilah dia ketakwaan. Demikian juga kalimat yang sebenarnya dalam وَغَفَرَ ذَنْبَكَ ‘mengampuni dosa-dosamu’ dan وَيَسَّرَ لَكَ الْخَيْرَ ‘dan memudahkan kebaikan untukmu‘.
Ungkapan حَيْثُ مَا كُنْتَ ‘di mana pun kamu berada‘, dengan kata lain, dalam perjalananmu dan ketika engkau mukim.
Takwa didahulukan dalam do’a, karena takwa adalah dasar dalam segala sesuatu. Seorang hamba yang mendapatkan taufik adalah orang yang bertakwa. Sehingga seakan-akan beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam mengisyaratkan kepada bepergian karena diyakini sering menimbulkan berbagai macam kesulitan. Bahkan mungkin seorang musafir menyepelekan urusan ibadah, ucapan yang buruk, berdebat dengan kawan, sehingga beliau berdo’a semoga diberi bekal takwa, dengan kata lain, pemeliharaan dan penjagaan dari semua itu dan sabar untuk tetap menegakkan kewajiban-kewajiban kepada Allah Ta’ala.[]
Disalin dari Syarah Do’a & Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad dengan Korektor Syaikh Dr. Sa’id bin Ali Wahf al-Qathtani, hal. 516-517 Terbitan Darul Falah, Jakarta.
[1] At-Tirmidzi. no. 3444. Dan lihat Shahih At-Tirmidzi (3/155).