Syarah Dzikir Sebelum Tidur (9)
03/04/2015 Tinggalkan komentar
اَللَّهُمَّ رَبَّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ، رَبَّنَا وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ، فَالِقَ الْحَبِّ وَالنَّوَى، وَمُنْزِلَ التَّوْرَاةِ وَاْلإِنْجِيْلِ وَالْفُرْقَانِ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ شَيْءٍ أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهِ. اَللَّهُمَّ أَنْتَ اْلأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ اْلآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُوْنَكَ شَيْءٌ، اقْضِ عَنَّا الدَّيْنَ وَأَغْنِنَا مِنَ الْفَقْرِ
“Ya Alla, Tuhan Yang menguasai langit yang tujuh, Tuhan Yang menguasai Arsy yang agung, Tuhan kami dan Tuhan segala sesuatu. Tuhan Yang membelah butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah, Tuhan Yang menurunkan kitab Taurat, Injil, dan Furqan (Al-Quran). Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan segala sesuatu yang Engkau memegang ubun-ubunnya. Ya Allah, Engkau Yang Pertama, sebelum-Mu tidak ada sesuatu. Engkaulah Yang Terakhir, setelah-Mu tidak ada sesuatu. Engkau Yang Lahir, di atas-Mu tidak ada sesuatu. Engkaulah Yang Batin, di bawah-Mu tidak ada sesuatu. Lunasilah hutang kami dan berilah kami kekayaan hingga kami terlepas dari kefakiran.”[1]
Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu.
Ungkapan فَالِقَ الْحَبِّ ‘Pembelah biji’ adalah sifat dari ungkapan رَبَّ ‘Rabb’ dan juga ungkapan مُنَزِّلُ ‘Penurun’. الْفَالِقُ dari kata الْفَلَقُ yang berarti ‘belah’. Sedangkan makna ungkapan فَالِقَ الْحَبِّ وَالنَّوَى ‘Pembelah butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah’ adalah Dzat Yang membelah biji tanaman bahan makanan dan biji kurma untuk menumbuhkannya.
Ungkapan وَمُنْزِلَ التَّوْرَاةِ وَاْلإِنْجِيْلِ ‘Penurun Taurat dan Injil.’ Keduanya adalah nama yang berasal dari bahasa asing. Pengambilan kata Taurat التَّوْرَاةِ dari kata: وَرَى الزَّنْد, yaitu sesuatu yang muncul dari pengaruh cahaya dan sinar. Sehingga dengan demikian diambil nama التَّوْرَاةِ. Karena kadang-kadang dengannya terlihat adanya cahaya dan sinar bagi bani Israil dan mereka yang mengikutinya. Sedangkan kata Injil الإِنْجِيْل dari kata النَجْل, lalu dinamakan dengan nama Injil, karena dia merupakan agama yang paling jelas setelah dipelajari.
Ungkapan وَالْفُرْقَانِ ‘dan Al-Furqan’ adalah sebuah nama sesuatu yang diturunkan kepada nabi kita Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Ungkapan أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهِ ‘Engkau memegang ubun-ubunnya’, ini adalah sindiran yang menunjukkan kepada kokohnya posisi Allah atas semua makhluk-Nya dan bahwa semua makhluk di bawah kekuatan, daya paksa, dan kekuasaan-Nya.
Ungkapan أَنْتَ اْلأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ ‘Engkau Yang Pertama, sebelum-Mu tiada sesuatu’. Mula artinya tiada sesuatu sebelum-Nya atau bersama-Nya. Sehingga seakan-akan ungkapan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ ‘sebelum-Mu tiada sesuatu’ adalah tafsir bagi kata awwal.
Ungkapan وَأَنْتَ اْلآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ شَيْءٌ ‘Engkau Yang Terakhir, setelah-Mu tiada sesuatu’. Akhir adalah yang kekal setelah fananya semua makhluk. Yang Lebih Tinggi keakhirannya dari permulaan-Nya dan juga Yang Lebih Tinggi Kepermulaan-Nya dari habisnya.
Ungkapan وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ ‘Engkau Yang Lahir, di atas-Mu tiada sesuatu’. Makna zhuhur adalah daya paksa, kemenangan, dan kesempumaan kemampuan. Sehingga seakan-akan ungkapan beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ ‘di atas-Mu tiada sesuatu’ adalah tafsiran bagi zhuhur itu. Dikatakan, “Yang nyata dengan tanda-tanda-Nya Yang sangat jelas yang menunjukkan kepada keesaan dan rububiyah-Nya.”
Ungkapan وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُوْنَكَ شَيْءٌ ‘dan Engkaulah Yang Batin, di bawah-Mu tiada sesuatu’, dengan kata lain, Yang tertutup dari makhluk-Mu, Yang tiada sesuatu apa pun di belakang-Mu yang lebih batin daripada Engkau. Sehingga tidak seorang pun yang mampu mengetahui Dzat-Mu dengan kesempumaan perwujudan-Mu. Dikatakan pula, “Yang Maha Mengetahui akan hal-hal yang tersembunyi.”
Ungkapan اقْضِ عَنَّا الدَّيْنَ ‘lunasilah hutang kami’. Yang dimaksud dengan hutang di sini adalah hak-hak Allah dan hak-hak para hamba seluruhnya dengan mencakup semua jenisnya.
Ungkapan وَأَغْنِنَا مِنَ الْفَقْرِ ‘dan berilah kami kekayaan hingga kami terlepas dari kefakiran’, dengan kata lain, dari meminta-minta yang menyebabkan kehinaan yang muncul dari kefakiran dan kondisi sangat butuh.[]
Disalin dari Syarh Do’a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad dengan Korektor Syaikh Dr. Sa’id bin Ali Wahf Al-Qahthani, terbitan Darul Falah Jakarta, Hal. 300-303
[1] Muslim, (4/2084), no. 2713.