Syarah Keutamaan Tasbih, Tahmid, Tahlil, dan Takbir (8)
09/09/2015 Tinggalkan komentar
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَحَبُّ الْكَلاَمِ إِلَى اللهِ أَرْبَعٌ: سُبْحَانَ اللهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، لاَ يَضُرُّكَ بِأَيِّهِنَّ بَدَأْتَ
“Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Perkataan yang paling disenangi Allah ada empat: سُبْحَانَ اللهِ ‘Mahasuci Allah, وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، ‘Segala puji hanya bagi Allah, وَلاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ ‘Tiada Tuhan Yang berhak disembah selain Allah, dan وَاللهُ أَكْبَرُ ‘Allah Mahabesar’. Tidak memudharatkanmu (melindungimu) sesuatu apapun dari kalimat mana saja yang engkau ucapkan terlebih dahulu.”[1]
Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Samurah bin Jundub Radhiyallahu Anhu.
Ungkapan أَحَبُّ الْكَلاَمِ ‘perkataan yang paling disenangi’. An-Nawawi Rahimahullah dalam kitab Syarh Muslim berkata, “ini dibawa kepada makna ucapan bani Adam. Jika tidak, maka Al-Qur an lebih utama daripada tasbih dan tahlil secara mutlak. Sedangkan sesuatu yang matsur dalam suatu waktu atau keadaan dan lain sebagainya, maka menyibukkan diri dengannya adalah lebih utama.”
Menjadi demikian karena kalimat-kalimat itu mencakup makna-makna menjauhkan Allah dari sifat kurang dan mengesakannya (tauhid).[]
Disalin dari Syarh Do’a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad dengan Korektor Syaikh Dr. Sa’id bin Ali Wahf Al-Qahthani, terbitan Darul Falah Jakarta, Hal. 610-611.
[1] Diriwayatkan Muslim, (3/1685), no. 2137.