Keutamaan Doa Dalam Al-Qur’an dan Hadits

KEDUDUKAN DOA-DOA YANG DISEBUTKAN
DALAM AL-KITAB DAN AS-SUNNAH

Sungguh kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah kitab kebaikan dan keberuntugan bagi manusia. Orang-orang yang berbahagia meneguk dari mata airnya. Orang-orang yang  diberi  taufik di  antara  hamba-hamba Allah mengambil petunjuk dengan petunjuknya. la menunjuki mereka kepada jalan lurus. Ia paling baik bimbingannya dan paling bermanfaat dalam segala bidang; aqidah, ibadah, maupun akhlak. Ia menunjuki mereka kepada   setiap   kebaikan   dan   keberuntungan   agama   dan dunia. Dengannya urusan-urusan  mereka menjadi  tegak, jiwa-jiwa mereka menjadi suci, keadaan-keadaan mereka menjadi stabil, jalan mereka menjadi lurus, dan didapatkan untuk mereka kesempurnaan yang  beragam dari segala sisi. Ia adalah kitab ilmu dan pengajaran. Dengannya runtuh kesesatan-kesesatan yang sangat banyak dan kebodohan-kebodohan yang bermacam-macam. Ia adalah kitab tarbiyah dan pembinaan. Dengannya terealisasi akhlak-akhlak utama dan amal-amal mulia. Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkannya sebagai petunjuk bagi semesta alam, bashirah bagi orang-orang bertakwa, dan penerangan bagi orang-orang yang  menempuh  perjalanan.  Allah  Subhanahu wa Ta’ala  mengumpulkan padanya ilmu-ilmu yang bermanfaat dan makna-rnakna yang agung lagi sempurna.

Barang siapa berpegang dengannya niscaya telah diberi petunjuk dan siapa berjalan di atas titiannya niscaya beruntung. Karena ia adalah pintu hidayah paling agung dan jalan keberuntungan paiing mulia. Allah  berfirman:

إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا

“Sungguh Al-Qur’an ini memberi petunjuk kepada yang lebih dan lurus memberi kabar gembira bagi orang-orang beriman, yaitu orang-orang yang mengerjakan amal-amal shalih, bahwa untuk mereka pahala yang besar.” (QS. Al-Israa’/17: 9)

Baca pos ini lebih lanjut

Iklan

Syarah Keutamaan Dzikir (5)

Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda,

مَثَلُ الَّذِيْ يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِيْ لاَ يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ

“Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Rabbnya dan orang yang tidak berdzikir kepada Rabbnya adalah seperti orang hidup dan orang mati.” (Muttafaq alaih)[1]

Shahabi hadits di atas adalah Abu Musa Al-Asyari Abdullah bin Qais Radhiyallahu Anhu.

Ungkapan مَثَلُ الَّذِيْ ‘perumpamaan orang yang’ adalah perumpamaan orang yang يَذْكُرُ رَبَّهُ ‘berdzikir kepada Rabbnya’ dengan suatu macam dari berbagai macam dzikir.

Wajh tasybiih ‘bentuk keserupaan’ antara orang mati dan orang lalai adalah masing-masing keduanya tiada manfaat dan pemanfaatan. Bisa juga yang dimaksud ungkapan الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ ‘orang hidup dan orang mati’ adalah yang ada dan yang tiada. Sehingga orang yang berdzikir sama dengan orang yang ada; sedangkan orang yang lalai sama dengan orang yang tiada. Sebagaimana halnya yang ada memiliki buah-buahnya, maka demikian juga orang yang berdzikir memiliki buah-buahnya di dunia dan di akhirat. Dan sebagaimana yang tiada tidak memiliki sesuatu apa-pun, maka sedemikian pula orang yang lalai tidak memiliki sesuatu apa pun, baik di dunia ataupun di akhirat.

Kemudian perumpamaan pada perkataan mereka itu berarti perbandingan.[]

Disalin dari Syarh Do’a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad dengan Korektor Syaikh Dr. Sa’id bin Ali Wahf Al-Qahthani, terbitan Darul Falah Jakarta, Hal. 62-63.


[1]   Al-Bukhari dalam Fathul Bari, (11/208), hadits ini darinya no. 6407; dan Muslim, (1/539), no. 779, dengan lafazh:

مَثَلُ الْبَيْتِ الَّذِي يُذْكَرُ اللهُ فِيْهِ وَالْبَيْتِ الَّذِي لاَ يُذْكَرُ الله فِيْهِ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ

“Perumpamaan rumah yang di dalamnya dzikir kepada Allah dan rumah yang di dalamnya tiada dzikir kepada Allah adalah seumpama orang hidup dan orang mati.”.

Syarah Dzikir Sebelum Tidur (13)

اَللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِيْ إِلَيْكَ، وَفَوَّضْتُ أَمْرِيْ إِلَيْكَ، وَوَجَّهْتُ وَجْهِيَ إِلَيْكَ، وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِيْ إِلَيْكَ، رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ، لاَ مَلْجَأَ وَلاَ مَنْجَا مِنْكَ إِلاَّ إِلَيْكَ، آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِيْ أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِيْ أَرْسَلْتَ

‘Ya Allah, aku menyerahkan diriku kepada-Mu, aku menyerahkan urusanku kepada-Mu, aku menghadapkan wajahku kepada-Mu, aku merebahkan punggungku kepada-Mu. Karena senang (mendapat pahala-Mu) dan takut pada (siksa-Mu). Tidak ada tempat perlindungan dan penyelamatan dart (siksa)-Mu, kecuali kepada-Mu. Aku beriman pada kitab yang telah Engkau turunkan dan nabi-Mu yang Engkau utus.”[1]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Al-Bara’ bin Azib Radhiyallahu Anhu.

Di bagian awal hadits ini Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الْأَيْمَنِ ثُمَّ قُلْ…

“Jika engkau mendatangi tempat tidurmu, maka berwudhulah sebagaimana wudhumu untuk menunaikan shalat, lalu berbaringlah di atas sisi kananmu dan bacalah…. “

Baca pos ini lebih lanjut

Syarah Dzikir Sebelum Tidur (12)

يَقْرَأُ (الـم) تَنْزِيْلُ السَّجْدَةِ، وَتَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الـمُلْكُ

“Membaca Alif, lam, mim, tanzil surat As-Sajdah dan وَتَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الـمُلْكُ (surat Al-Mulk).”[1]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Jabir bin Abdullah Radhiyallahu Anhuma.

Ungkapan يَقْرَأُ (الـم) تَنْزِيْلُ السَّجْدَةِ ‘membaca Alif, lam, mim, tanzil surat As-Sajdah’, dengan kata lain, surat As-Sajdah.

Ungkapan وَتَبَارَكَ yakni surat Al-Mulk.

Artinya, bukan tradisi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidur sebelum membaca dua surat ini.[]

Disalin dari Syarh Do’a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad dengan Korektor Syaikh Dr. Sa’id bin Ali Wahf Al-Qahthani, terbitan Darul Falah Jakarta, Hal. 305-306


[1]     At-Tirmidzi, no. 3404; An-Nasa’i, dalam kitab ‘Amal Al-Yaum wa Al-Lailah, no. 707. dan lihat Shahih Al-Jami’ (4/255), no. 4873.

Syarah Dzikir Sebelum Tidur (10)

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَطْعَمَنَا وَسَقَانَا وَكَفَانَا وَآوَانَا، فَكَمْ مِمَّنْ لاَ كَافِيَ لَهُ وَلاَ مُؤْوِيَ

“Segala puji hanya bagi Allah yang telah memberi kami makan dan memberi kami minum, mencukupi kami, memberi kami tempat berteduh. Betapa banyak orang yang tidak memiliki apa yang mencukupinya dan tidak pula mendapatkan tempat berteduh”[1]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu.

Ungkapan وَكَفَانَا ‘mencukupi kami’, dengan kata lain, menjadikan kami kaya dan puas.

Ungkapan آوَانَا ‘memberi kami tempat berteduh’, dengan kata lain, mengembalikan kami ke tempat tinggal kami dan tidak menjadikan kami terpencar seperti binatang. مَأْوَى artinya rumah tempat tinggal. An-Nawawi Rahimahullah berkata, آوَانَا ‘memberi kami tempat berteduh’, dikatakan bahwa artinya ‘mengasihi kami’.”

Ungkapan فَكَمْ مِمَّنْ لاَ كَافِيَ لَهُ ‘betapa banyak orang yang tidak memiliki apa yang mencukupinya’, dengan kata lain, dia selalu dengan kondisi tidak mendapatkan kecukupan.

Ungkapan وَلاَ مُؤْوِيَ ‘dan tidak pula mendapatkan tempat berteduh’, dengan kata lain, tiada penyayang dan yang bersikap lembut bagi dirinya. Dikatakan bahwa artinya tiada negeri baginya dan tiada tempat tinggal di mana dia bisa berlindung di dalamnya.

Disalin dari Syarh Do’a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad dengan Korektor Syaikh Dr. Sa’id bin Ali Wahf Al-Qahthani, terbitan Darul Falah Jakarta, Hal. 303-304


[1]     Muslim, (4/2085), no. 2715.

Syarah Dzikir Sebelum Tidur (9)

اَللَّهُمَّ رَبَّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ، رَبَّنَا وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ، فَالِقَ الْحَبِّ وَالنَّوَى، وَمُنْزِلَ التَّوْرَاةِ وَاْلإِنْجِيْلِ وَالْفُرْقَانِ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ شَيْءٍ أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهِ. اَللَّهُمَّ أَنْتَ اْلأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ اْلآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُوْنَكَ شَيْءٌ، اقْضِ عَنَّا الدَّيْنَ وَأَغْنِنَا مِنَ الْفَقْرِ

“Ya Alla, Tuhan Yang menguasai langit yang tujuh, Tuhan Yang menguasai Arsy yang agung, Tuhan kami dan Tuhan segala sesuatu. Tuhan Yang membelah butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah, Tuhan Yang menurunkan kitab Taurat, Injil, dan Furqan (Al-Quran). Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan segala sesuatu yang Engkau memegang ubun-ubunnya. Ya Allah, Engkau Yang Pertama, sebelum-Mu tidak ada sesuatu. Engkaulah Yang Terakhir, setelah-Mu tidak ada sesuatu. Engkau Yang Lahir, di atas-Mu tidak ada sesuatu. Engkaulah Yang Batin, di bawah-Mu tidak ada sesuatu. Lunasilah hutang kami dan berilah kami kekayaan hingga kami terlepas dari kefakiran.”[1]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu.

Ungkapan فَالِقَ الْحَبِّ ‘Pembelah biji’ adalah sifat dari ungkapan رَبَّ ‘Rabb’ dan juga ungkapan مُنَزِّلُ ‘Penurun’. الْفَالِقُ dari kata الْفَلَقُ yang berarti ‘belah’. Sedangkan makna ungkapan فَالِقَ الْحَبِّ وَالنَّوَى ‘Pembelah butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah’ adalah Dzat Yang membelah biji tanaman bahan makanan dan biji kurma untuk menumbuhkannya.

Baca pos ini lebih lanjut

Syarah Dzikir Sebelum Tidur (8)

سُبْحَانَ اللهِ (ثَلَاثَ وَثَلَاثِيْنَ) وَالْحَمْدُ لِلَّهِ (ثَلَاثَ وَثَلَاثِيْنَ) وَاللهُ أَكْبَرُ (أَرْبَعًا وَثَلَاثِيْنَ)

” سُبْحَانَ اللهِ ‘Mahasuci Allah’ (tiga puluh tiga kali), الْحَمْدُ لِلَّهِ ‘segala puji bagi Allah’ (tiga puluh tiga kali) dan اللهُ أَكْبَرُ ‘Allah Mahabesar‘ (tiga puluh empat kali).”[1]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah AH bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu.

Seutuhnya hadits itu adalah ucapan Ali Radhiyallahu Anhu:

أَنَّ فَاطِمَةَ رضي الله عنها أَتَتِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْأَلُهُ خَادِمًا، فَلَمْ تَجِدْ وَوَجَدَتْ عَائِشَةَ فَأَخْبَرَتْهَا قَالَ عَلِيٌ:  فَجَاءَنَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ أَخَذْنَا مَضَاجِعَنَا، فَقَالَ: أَلَا أَدُلُّكُمَا عَلَى مَا هُوَ خَيْرٌ لَكُمَا مِنْ خَادِمٍ؟ إِذَا أَوَيْتُمَا إِلَى فِرَاشِكُمَا فَسَبِّحَا ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ، وَاحْمَدَا ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ، وَكَبِّرَا أَرْبَعًا وَثَلَاثِينَ فَإِنَّهُ خَيْرٌ لَكُمَا مِنْ خَادِمٍ

“Bahwa Fathimah Radhiyallahu Anha datang menghadap kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk meminta seorang pembantu kepada beliau. Namun dia tidak bertemu dengan beliau dan dia bertemu dengan Aisyah sehingga dia menyampaikannya kepada beliau. Ali berkata, ‘Maka kami didatangi Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika kami telah mulai tidur.’ Beliau bersabda, ‘Maukah kutunjukkan kepada kalian apa-apa yang lebih baik bagi kalian berdua daripada seorang pembantu? Jika kalian berdua hendak tidur, maka bertasbihlah tiga puluh tiga kali, bertahmidlah tiga puluh tiga kali, dan bertakbirlah tiga puluh empat kali. Sesungguhnya yang demikian lebih baik bagi kalian berdua daripada seorang pembantu. ‘”

Baca pos ini lebih lanjut

Syarah Dzikir Sebelum Tidur (7)

بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوْتُ وَأَحْيَا

“Dengan nama-Mu ya Allah, aku mati dan aku hidup.”[1]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Hudzaifah bin Al-Yaman Radhiyallahu Anhu.

Ungkapan بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوْتُ ‘dengan nama-Mu ya Allah, aku mati’, dengan kata lain, dengan berdzikir menyebut nama-Mu aku mati.

Ungkapan وَأَحْيَا ‘dan aku hidup’, dengan kata lain, dengan nama-Mu, ya Allah; dan dengan dzikir kepada-Mu aku hidup. Dikatakan bahwa artinya Engkau mematikanku dan Engkau menghidupkanku.[]

Disalin dari Syarh Do’a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad dengan Korektor Syaikh Dr. Sa’id bin Ali Wahf Al-Qahthani, terbitan Darul Falah Jakarta, Hal. 298


[1]     Al-Bukhari, dalam Fathul Bari, (11/113), no. 6312; dan Muslim, (4/2083), no. 2711; dari hadits Al-Bara Radhiyallahu Anhu.

Syarah Dzikir Sebelum Tidur (6)

اَللَّهُمَّ قِنِيْ عَذَابَكَ يَوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَكَ (ثَلَاثَ مِرَارٍ)

“Ya Allah, lindungilah aku (dari) adzab-Mu pada hari Engkau bangkitkan hamba-hamba-Mu” (Dibaca tiga kali)[1]

Shahabiyah yang meriwayatkan hadits ini adalah Ummul Mukminin Hafshah bintu Umar Radhiyallahu Anha.

Disebutkan di bagian awal hadits ini ungkapannya Radhiyallahu Anha sebagai berikut. Baca pos ini lebih lanjut

Syarah Dzikir Pagi dan Petang (24)

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ. (عَشْرَ مَرَّاتٍ)

“Ya Allah, (sampaikanlah) shalawat dan salam kepada Nabi kami Muhammad.” (Dibaca sepuluh kali). [1]

 Perawi  hadits ini  adalah Shahabat Abu Ad-Darda’ Radhiyallahu Anhu.

Hadits seutuhnya adalah,

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ حِيْنَ يُصْبِحُ عَشْرًا، وَحِيْنَ يُمْسِي عَشَرًا، أَدْرَكَتْهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Barangsiapa yang bershalawat atas diriku di pagi hari (sepuluh kali), dan ketika sore hari (sepuluh kali), maka dia akan mendapatkan syafaatku pada Hari Kiamat.”

Telah berlalu syarah shalawat atas Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Lihat syarah hadits no. 54-55 (Syarah Shalawat atas Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam.)

Disalin dari Syarh Do’a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad dengan Korektor Syaikh Dr. Sa’id bin Ali Wahf Al-Qahthani, terbitan Darul Falah Jakarta, Hal. 284-285.


[1]     Ditakhrij Ath-Thabrani dengan dua isnad, salah satunya bagus. Lihat Majma Az-Zawaid (10/120) dan Shahih At-Targhib wa At-Tarhib (1/273), no. 656.