Keutamaan Mendoakan Sesama Muslim Tanpa Sepengetahuannya

KEUTAMAAN MENDOAKAN KEBAIKAN SESAMA MUSLIM TANPA SEPENGETAHUANNYA
Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA

عَنْ أَبِيْ الدَّرْدَاءِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ، عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لِأَخِيهِ بِخَيْرٍ، قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ: آمِينَ وَلَكَ بِـمِثْلٍ

Dari Abu ad-Darda’ رضي الله عنه bahwa sesungguhnya  Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, “Do’a (kebaikan) seorang Muslim bagi saudaranya (sesama Muslim) di belakangnya (tanpa sepengetahuannya) adalah mustajab (dikabulkan oleh Allah), di atas kepalanya ada malaikat yang ditugaskan (dengan perintah Allah untuk urusan ini), setiap kali dia mendoakan kebaikan bagi saudaranya, maka malaikat yang ditugaskan itu berkata: “Amin (Ya Allah, kabulkanlah!) dan kamu juga akan mendapatkan (kebaikan) seperti itu”. (HR. Muslim no. 2733).

Baca pos ini lebih lanjut

Iklan

eBook Syarah Dzikir Pagi dan Petang

Nama eBook: Syarah Dzikir Pagi dan Petang
Pensyarah: Madji bin Abdul Wahhab Ahmad
Penulis dan Korektor: Syaikh Sa’id bin Ali Wahf al-Qahthani

Pengantar:

الحمد الله وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، أما بعد

Sebagai seorang muslim kita mengetahi bahwa salah satu amalan yang sangat baik adalah ‘berdzikir kepada Allah ta’ala’,  mengingat Allah adalah sebab kita diingat pula oleh Allah Azza wa Jalla, salah satu dzikir yang dianjurkan untuk diamalkan adalah Dzikir Pagi dan Petang, dimana keutamaannya secara umum disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

لَأَنْ أَقْعُدَ مَعَ قَوْمٍ يَذْكُرُونَ اللَّهَ تَعَالَى مِنْ صَلَاةِ الْغَدَاةِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتِقَ أَرْبَعَةً مِنْ وَلَدِ إِسْمَعِيلَ وَلَأَنْ أَقْعُدَ مَعَ قَوْمٍ يَذْكُرُونَ اللَّهَ مِنْ صَلَاةِ الْعَصْرِ إِلَى أَنْ تَغْرُبَ الشَّمْسُ أَحَبُّ إِلَيَّ مَنْ أَنْ أَعْتِقَ أَرْبَعَةً

“Sungguh aku duduk bersama suatu kaum yang berdzikir kepada Allah Ta’ala dari usai shalat shubuh hingga terbit matahari, lebih kusukai daripada memerdekakan empat orang keturunan Ismail. Dan sungguh aku duduk bersama suatu kaum yang berdzikir kepada Allah Ta’ala dari usai shalat ashar hingga terbenam matahari, lebih kusukai daripada memerdekakan empat (orang budak).”

Setelah sebelumnya kami posting eBook Dzikir Pagi dan Petang karya Syaikh Sa’id bin Ali Wahf al-Qahthani, maka dikesempatan ini kami posting pula syarah-nya, semoga semakin menambah semangat kita untuk mengamalkannya, amin…

Download:

Download CHM atau Download ZIP atauDownload PDF atau Download Word

eBook Keutamaan Dzikir dan Syarahnya

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُواْ لِي وَلاَ تَكْفُرُونِ

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu (dengan memberikan rahmat dan pengampunan). Dan bersyukurlah kepada-Ku, serta jangan ingkar (pada nikmat-Ku)”. (QS. Al-Baqarah/2:152).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْراً كَثِيراً

“Hai, orang-orang yang beriman, berdzikirlah yang banyak kepada Allah (dengan menyebut nama-Nya)”. (QS. Al-Ahzaab/33:42).

Baca pos ini lebih lanjut

Keutamaan Tasbih, Tahmid, Tahlil, dan Takbir (7-12)

وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا عَبْدَ اللهِ بْنَ قَيْسٍ أَلاَ أَدُلُّكَ عَلَى كَنْزٍ مِنْ كُنُوْزِ الْجَنَّةِ؟ فَقُلْتُ: بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ: قُلْ: لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ

Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam bersabda: “Wahai Abdullah bin Qais! Maukah kamu aku tunjukkan perbendaharaan Surga?” “Aku berkata: “Aku mau, wahai Rasulullah!” Rasulullah berkata: “Bacalah: Laa haula walaa quwwata illaa billaah.[1]

وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَحَبُّ الْكَلاَمِ إِلَى اللهِ أَرْبَعٌ: سُبْحَانَ اللهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، لاَ يَضُرُّكَ بِأَيِّهِنَّ بَدَأْتَ

Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam bersabda: “Perkataan yang paling disenangi oleh Allah adalah empat: Subhaanallaah, Alhamdulillaah, Laa ilaaha illallaah dan Allaahu akbar. Tidak mengapa bagimu untuk memulai yang mana di antara kalimat tersebut.”[2]

جَاءَ أَعْرَابِيٌّ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: عَلِّمْنِيْ كَلاَمًا أَقُوْلُهُ. قَالَ: قُلْ: لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا، سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَزِيْزِ الْحَكِيْمِ. قَالَ: فَهَؤُلاَءِ لِرَبِّيْ فَمَا لِيْ؟ قَالَ: قُلْ: اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَاهْدِنِيْ وَارْزُقْنِيْ

Seorang Arab Badui datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu berkata: ‘Ajari aku dzikir untuk aku baca!’ Rasul Shallallahu ’alaihi wasallam bersabda: ‘Katakanlah: Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Allah Maha Besar. Segala puji bagi Allah yang banyak. Maha Suci Allah, Tuhan sekalian alam dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana.’ Orang Badui itu berkata: ‘Kalimat itu untuk Tuhanku, mana yang untukku?’ Rasul Shallallahu ’alaihi wasallam bersabda: ‘Katakanlah: Ya Allah! Ampunilah aku, belas kasihanilah aku, berilah petunjuk kepadaku dan berilah rezeki kepadaku.”[3]

كَانَ الرَّجُلُ إِذَا أَسْلَمَ عَلَّمَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّلاَةَ ثُمَّ أَمَرَهُ أَنْ يَدْعُوَ بِهَؤُلاَءِ الْكَلِمَاتِ: اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَاهْدِنِيْ وَعَافِنِيْ وَارْزُقْنِيْ

Seorang laki-laki apabila masuk Islam, Nabi Shallallahu ’alaihi wasallam mengajarinya shalat, kemudian beliau memerintahkan agar berdoa dengan kalimat ini: ‘Ya Allah, ampunilah aku, belas kasihanilah aku, berilah petunjuk kepadaku, melindungi (dari apa yang tidak kuinginkan) dan berilah rezeki kepadaku.”[4]

إِنَّ أَفْضَلَ الدُّعَاءِ: الْحَمْدُ لِلَّهِ، وَأَفْضَلَ الذِّكْرِ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ

Sesungguhnya doa yang terbaik adalah membaca: Alhamdulillaah. Sedang dzikir yang terbaik adalah: Laa Ilaaha Illallaah.[5]

الْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ: سُبْحَانَ اللهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ

Kalimat-kalimat yang baik adalah: “Subhaanallaah, walhamdulillaah, wa laa ilaaha illallaah, wallaahu akbar, walaa haula walaa quwwata illaa billaah.[6]

Disalin dari terjemah Hishnul Muslim oleh Syaikh Dr. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf al-Qahthani, hal. 207-210.


[1]   HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari: 11/213 dan Muslim: 4/2076.
[2]   HR. Muslim: 3/1685.
[3]   HR. Muslim: 4/2072. Abu Dawud menambah: Ketika orang Arab Badui berpaling, Nabi Shallallahu ’alaihi wasallam bersabda: “Sungguh dia telah memenuhi kebaikan pada kedua tangannya”. 1/220.
[4]  HR. Muslim: 4/2073, menurut riwayatnya ada keterangan: Sesungguhnya kalimat-kalimat tersebut akan mencukupi dunia dan akhiratmu.
[5]  HR. At-Tirmidzi: 5/462, Ibnu Majah: 2/1249, Al-Hakim: 1/503. Menurut Al- Hakim, hadits tersebut adalah shahih. Imam Adz-Dzahabi menyetujuinya, Lihat pula Shahihul Jami’: 1/362.
[6] HR. Ahmad no. 513 menurut penertiban Ahmad Syakir, sanadnya shahih, lihat Majma’uz Zawa’id: 1/297, Ibnu Hajar mencantumkannya di Bulughul Maram dari riwayat Abu Sa’id kepada An-Nasa’i. Ibnu Hajar berkata: “Hadits tersebut adalah shahih menurut pendapat Ibnu Hibban dan Al-Hakim.

Syarah Dzikir Sebelum Tidur (8)

سُبْحَانَ اللهِ (ثَلَاثَ وَثَلَاثِيْنَ) وَالْحَمْدُ لِلَّهِ (ثَلَاثَ وَثَلَاثِيْنَ) وَاللهُ أَكْبَرُ (أَرْبَعًا وَثَلَاثِيْنَ)

” سُبْحَانَ اللهِ ‘Mahasuci Allah’ (tiga puluh tiga kali), الْحَمْدُ لِلَّهِ ‘segala puji bagi Allah’ (tiga puluh tiga kali) dan اللهُ أَكْبَرُ ‘Allah Mahabesar‘ (tiga puluh empat kali).”[1]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah AH bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu.

Seutuhnya hadits itu adalah ucapan Ali Radhiyallahu Anhu:

أَنَّ فَاطِمَةَ رضي الله عنها أَتَتِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْأَلُهُ خَادِمًا، فَلَمْ تَجِدْ وَوَجَدَتْ عَائِشَةَ فَأَخْبَرَتْهَا قَالَ عَلِيٌ:  فَجَاءَنَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ أَخَذْنَا مَضَاجِعَنَا، فَقَالَ: أَلَا أَدُلُّكُمَا عَلَى مَا هُوَ خَيْرٌ لَكُمَا مِنْ خَادِمٍ؟ إِذَا أَوَيْتُمَا إِلَى فِرَاشِكُمَا فَسَبِّحَا ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ، وَاحْمَدَا ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ، وَكَبِّرَا أَرْبَعًا وَثَلَاثِينَ فَإِنَّهُ خَيْرٌ لَكُمَا مِنْ خَادِمٍ

“Bahwa Fathimah Radhiyallahu Anha datang menghadap kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk meminta seorang pembantu kepada beliau. Namun dia tidak bertemu dengan beliau dan dia bertemu dengan Aisyah sehingga dia menyampaikannya kepada beliau. Ali berkata, ‘Maka kami didatangi Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika kami telah mulai tidur.’ Beliau bersabda, ‘Maukah kutunjukkan kepada kalian apa-apa yang lebih baik bagi kalian berdua daripada seorang pembantu? Jika kalian berdua hendak tidur, maka bertasbihlah tiga puluh tiga kali, bertahmidlah tiga puluh tiga kali, dan bertakbirlah tiga puluh empat kali. Sesungguhnya yang demikian lebih baik bagi kalian berdua daripada seorang pembantu. ‘”

Baca pos ini lebih lanjut

Syarah Dzikir Sebelum Tidur (7)

بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوْتُ وَأَحْيَا

“Dengan nama-Mu ya Allah, aku mati dan aku hidup.”[1]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Hudzaifah bin Al-Yaman Radhiyallahu Anhu.

Ungkapan بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوْتُ ‘dengan nama-Mu ya Allah, aku mati’, dengan kata lain, dengan berdzikir menyebut nama-Mu aku mati.

Ungkapan وَأَحْيَا ‘dan aku hidup’, dengan kata lain, dengan nama-Mu, ya Allah; dan dengan dzikir kepada-Mu aku hidup. Dikatakan bahwa artinya Engkau mematikanku dan Engkau menghidupkanku.[]

Disalin dari Syarh Do’a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad dengan Korektor Syaikh Dr. Sa’id bin Ali Wahf Al-Qahthani, terbitan Darul Falah Jakarta, Hal. 298


[1]     Al-Bukhari, dalam Fathul Bari, (11/113), no. 6312; dan Muslim, (4/2083), no. 2711; dari hadits Al-Bara Radhiyallahu Anhu.

Syarah Ucapan Memuji Seorang Muslim

APA YANG DIKATAKAN SEORANG MUSLIM
JIKA MEMUJI MUSLIM LAINNYA

 

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

إِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ مَادِحًا صَاحِبَهُ لَا مَحَالَةَ فَلْيَقُلْ أَحْسِبُ فُلَانًا وَاللَّهُ حَسِيبُهُ وَلَا أُزَكِّي عَلَى اللَّهِ أَحَدًا أَحْسِبُهُ إِنْ كَانَ يَعْلَمُ ذَاكَ كَذَا وَكَذَا

“Apabila seseorang harus memuji saudaranya, katakan-lah, ‘Aku kira fulan … dan Allah-lah yang mengawasi perbuatannya. Dan aku tidak akan merekomendasikan seseorang di hadapan Allah.’ Apabila seseorang mengetahui hendaklah berkata, “Aku kira begini dan begini?”[1]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abu Bakarah Radhiyallahu Anhu.

Baca pos ini lebih lanjut

Syarah Dzikir Pagi dan Petang (16)

أَصْبَحْنَا عَلَى فِطْرَةِ اْلإِسْلاَمِ وَعَلَى كَلِمَةِ اْلإِخْلاَصِ، وَعَلَى دِيْنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلَى مِلَّةِ أَبِيْنَا إِبْرَاهِيْمَ، حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ

“Kami telah memasuki waktu pagi ini dalam (keadaan) memegang agama Islam, kalimat ikhlas, agama nabi kita, Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan agama bapak kami, Ibrahim, yang berdiri di atas jalan yang lurus, Muslim, dan tidak tergolong orang-orang musyrik.”[1]

وإذ أمسى قال: أَمسَيْنَا عَلَى فِطْرَةِ اْلإِسْلاَمِ…

Jika sore tiba mengucapkan, “Kami telah memasuki waktu sore ini dalam (keadaan) fitrah Islam….”

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abdurrahman bin Abi Abza Radhiyallahu Anhu.

Baca pos ini lebih lanjut

Syarah Dzikir Pagi dan Petang (13)

رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَبِاْلإِسْلاَمِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا. (ثَلاَثَ مَرَّاتٍ)

“Aku rela Allah sebagai Tuhan(ku), Islam sebagai agama(ku), dan Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam sebagai nabi(ku).” (Dibaca tiga kali).[1]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Tsauban bin Bujdud Radhiyallahu Anhu.

Disebutkan dalam hadits itu,

أَنَّ مَنْ قَالَهَا ثَلَاثً حِيْنَ يُصْبِحُ، وَ ثَلَاثً حِيْنَ يُمْسِيْ، كَانَ حَقًّا عَلَى اللهِ أَنْ يُرْضِيَهُ يَوْمَ الْـقِيَامَةِ

“Bahwa siapa saja membacanya tiga kali ketika pagi dan tiga kali ketika sore, maka hak bagi Allah untuk meridhainya di Hari Kiamat.”

Baca pos ini lebih lanjut

Syarah Dzikir Pagi dan Petang (1)

أَعُوذُ باِللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَلا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

“Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk. Allah, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Mahatinggi lagi Mahabesar” (Al-Baqarah: 255).[1]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Ubay bin Ka’ab Radhiyallahu Anhu.

Baca pos ini lebih lanjut