Dzikir-dzikir Dua Tepi Siang

Sesungguhnya di antara dzikir-dzikir dan doa-doa yang ditugaskan oleh syara yang bijaksana atas setiap Muslim sehari semalam, adalah dzikir-dzikir dua tepi siang, bahkan ia adalah dzikir yang paling luas dari jenis dzikir-dzikir muqayyad (dzikir yang terikat dengan sesuatu), dan paling banyak disebutkan dalam nash-nash, tentang anjuran terhadapnya dan motivasi kepadanya. Ia terdiri dari beragam dzikir yang diucapkan pada dua waktu utama ini.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا. وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلا

“Wahai sekalian manusia, berdzikirlah kepada Allah dengan dzikir yang banyak. Bertasbihlah kepada-Nya pagi dan petang.” (QS. Al-Ahzab/33: 41-42)

Kata ‘Al-Ashiil’ (petang) pada ayat itu adalah waktu antara Ashar hingga matahari terbenam.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ

“Dan Bertasbihlah dengan memuji Rabb-mu pada petang dan pagi hari”. (QS. Ghafir/40: 55)

‘Al-Ibkaar’ yaitu permulaan siang hari, sedangkan al-‘Asyiy yaitu penghujungnya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman pula:

وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ

“Dan bertasbihlah dengan memuji Rabbmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam.” (QS. Qaaf/50: 39)

فَسُبْحَانَ اللَّهِ حِينَ تُمْسُونَ وَحِينَ تُصْبِحُونَ

“Mahasuci Allah ketika kamu berada di sore hari dan ketika kamu di pagi hari.” (QS. Ar-Rum: 17)

Dan ayat-ayat yang semakna dengan ini cukup banyak.

Waktu mengucapkan dzikir-dzikir ini adalah awal waktu pagi, sejak selesai shalat Shubuh hingga sebelum matahari terbit, sedangkan sore hari adalah sesudah shalat Ashar hingga sebelum matahari terbenam. Meski demikian, persoalan waktu ini mengandung kelonggaran—Insya Allah—, seperti kalau seseorang lupa mengerjakan pada waktunya, atau ada sesuatu yang harus dihadapinya, maka tidak mengapa melakukan dzikir-dzikir pagi hari sesudah matahari terbit, dan dzikir-dzikir sore sesudah matahari terbenam.

Adapun tentang dzikir-dzikir dan doa-doa yang diucapkan pada kedua waktu yang utama ini, maka ia sangatlah banyak dan beragam, akan datang -Insya Allah- sejumlah pilihan darinya, disertai penjelasan sedikit tentang makna-maknanya yang agung, dan indikasi-indikasinya yang berharga.[1][]

Disalin dari Fikih Do’a dan Dzikir Jilid 2, Karya Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin al-Badr, Terbitan Griya Ilmu-Jakarta, hal. 10-11.


[1]  Kemudian Syaikh –semoga Allah menjaganya- menyebutkan dzikir-dzikir pagi dan petang disertai penjelasannya. Alhamdulillah di blog ini dan www.ibnumajjah.wordpress.com telah kita sajikan hal tersebut dari karya ulama dan ustadz lainnya. Ibnu Majjah

Iklan

Syarah Dzikir Pagi dan Petang (19)

لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ. (مِائَةَ مَرَّةٍ إِذَا أَصْبَحَ)

“Tiada Tuhan Yang berhak disembah, kecuali Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya pujian. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Dibaca seratus kali waktu pagi).[1]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu.

Disebutkan dalam hadits,

أَنْ مَنْ قَالَـهَا مِائَةَ مَرَّةٍ فِيْ يَوْمِ كَانَتْ لَهُ عَدْلُ عَشْرِ رِقَابٍ، وَكُتِبَ لَهُ عَشْرُ حَسَنَاتٍ، وَمُحِيَتْ عَنْهُ مِائَةُ سَيِّئَةٍ، وَ كَانَتْ لَهُ حِرْزًا مِنْ الشَّيْطَانِ  يَوْمَهُ ذَلِكَ حَتَّى يُمْسِيَ، وَلَـمْ يَأْتِ أَحَدٌ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ، إِلاَّ أَحَدٌ عَمِلَ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ

“Bahwa siapa saja mengucapkannya seratus kali dalam sehari, maka baginya setara dengan seratus orang budak, ditulis baginya seratus kebaikan, dihapuskan darinya seratus keburukan, dan baginya penjagaan dari syetan di harinya itu hingga sore tiba. Dan tiada seorang pun lebih utama darinya dengan apa-apa yang dia bawa, kecuali seseorang berbuat lebih banyak dari itu.”[]

Disalin dari Syarh Do’a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad dengan Korektor Syaikh Dr. Sa’id bin Ali Wahf Al-Qahthani, terbitan Darul Falah Jakarta, Hal. 279-280.


[1]     Al-Bukhari dalam Fathul Bari, (4/95), no 3293; Muslim, (4/2071), no. 2691.

Syarah Dzikir Pagi dan Petang (18)

لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ. (عَشَرَ مَرَّاتٍ أَوْ مَرَّةً وَاحِدَةً)

“Tiada Tuhan Yang berhak disembah, kecuali Allah Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya pujian. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Dibaca sepuluh kali[1] atau satu kali [2])

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abu Ayyasy Radhiyallahu Anhu. Dikatakan, “Namanya adalah Zaid bin Ash-Shamit Radhiyallahu Anhu.” Dikatakan pula, “Zaid bin An-Nu’man Radhiyallahu Anhu.” Dan dikatakan pula nama yang lain.[3]

Baca pos ini lebih lanjut

Syarah Dzikir Pagi dan Petang (17)

سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ. (مِائَةَ مَرَّةٍ)

“Mahasuci Allah dan segala puji (bagi-Nya).” (Dibaca seratus kali)[1]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu.

Disebutkan dalam hadits:

مَنْ قَالَـهَا مِائَةَ مَرَّةٍ حِيْنَ يُصْبِحُ، وَحِيْنَ يُمْسِيْ، لَـمْ يَأْتِ أَحَدٌ يَوْمَ القِيَمَةِ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ، إِلَّا أَحَدٌ قَالَ مِثْلَ مَا قَالَ أَوْ زَادَ عَلَيْهِ

“Siapa saja yang mengucapkannya seratus kali ketika pagi atau sore, maka tiada seorang pun yang datang pada hari Kiamat dengan sesuatu yang lebih baik daripada apa yang dia bawa, kecuali satu orang yang mengucapkan sebagaimana yang dia ucapkan atau lebih dari itu.”

Baca pos ini lebih lanjut

Syarah Dzikir Pagi dan Petang (14)

يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، أَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ

“Wahai Yang Hidup Kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan, perbaikilah segala urusanku. Dan janganlah Engkau limpahkan (semua urusan) terhadap diriku walau sekejap mata.”[1]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu.

Ungkapan يَا حَيُّ ‘wahai Yang hidup’, dengan kata lain, Yang Abadi dan Kekal.

Ungkapan يَا قَيُّوْمُ ‘dan selalu mengurus makhluk-Nya’, dengan kata lain, Yang sangat dalam perhatiannya ketika mengurus semua makhluk-Nya.

Ungkapan أَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ ‘perbaikilah segala urusanku’, dengan kata lain, semua kondisi dan urusanku.

Ungkapan وَلاَ تَكِلْنِيْ ‘dan janganlah Engkau limpahkan (semua urusan) terhadap diriku’, dengan kata lain, jangan biarkan aku.

Ungkapan إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ ‘walau sekejap mata’, dengan kata lain, sekalipun hanya sekejap.[]

Disalin dari Syarh Do’a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad dengan Korektor Syaikh Dr. Sa’id bin Ali Wahf Al-Qahthani, terbitan Darul Falah Jakarta, Hal. 272-273.


[1]     Al-Hakim yang dishahihkan serta disepakati Adz-Dzahabi, (1/545). Dan lihat Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, (1/273), no. 654.

Syarah Dzikir Pagi dan Petang (5)

اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ

“Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tiada Tuhan Yang berhak disembah, kecuali Engkau. Engkaulah yang menciptakan aku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku dengan-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah dosaku. Sesungguhnya tiada yang dapat mengampuni dosa, kecuali Engkau.”[1]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Syaddad bin Aus Radhiyallahu Anhu.

Disebutkan dalam hadits bahwa orang yang mengucapkannya dengan penuh keyakinan di sore hari, lalu dia meninggal dunia pada malam harinya, maka dia masuk surga. Demikian juga jika dilakukan di pagi hari.

Baca pos ini lebih lanjut

Syarah Dzikir Pagi dan Petang (3)

أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ. رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهُ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهُ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوْءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ

وَإِذَا أَمْسَى قَالَ: أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ للهِ

وَإِذَا أَمْسَى قَالَ: رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهَا، وَأَعُوذُبِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا

“Kami telah memasuki waktu pagi, kerajaan milik Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan Yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya pujian. Dialah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Ya Tuhanku, aku mohon kepada-Mu kebaikan hari mi dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan hari ini dan kejahatan sesudahnya. Wahai Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan kejelekan di hari tua. Wahai Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari siksaan di neraka dan siksaan di kubur.”[1]

Bila sore hari mengatakan, “Kami di sore ini dengan kesadaran bahwa segala kerajaan adalah milik Allah.”

Bila sore hari mengatakan, “Wahai Rabbku, aku memohon kebaikan apa-apa yang ada di malam ini dan kebaikan apa-apa yang ada setelahnya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan apa-apa yang ada di malam ini dan dari keburukan yang ada setelahnya.”

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu Anhu.

Baca pos ini lebih lanjut

Syarah Dzikir Pagi dan Petang (1)

أَعُوذُ باِللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَلا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

“Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk. Allah, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Mahatinggi lagi Mahabesar” (Al-Baqarah: 255).[1]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Ubay bin Ka’ab Radhiyallahu Anhu.

Baca pos ini lebih lanjut

Syarah Keutamaan Dzikir Pagi dan Sore

الْحَمْدُ لِلَّهِ وَحْدَهُ، والصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مَنْ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ:

“Segala puji bagi Allah Yang Esa. Shalawat dan salam atas orang yang tiada nabi setelahnya.”

Dengan ucapan ini penyusun menghendaki menyibukkan diri dengan dzikir kepada Allah Ta’ala. Dan shalawat atas Rasul-Nya Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam waktu-waktu itu.

Korektor berkata, “Aku menghendaki agar setiap Muslim memulai dengan pujian kepada Allah Ta’ala dan shalawat serta salam atas Rasul-Nya Shallallahu Alaihi wa Sallam dan kemudian dzikir kepada Allah ta’ala.”[1]

Baca pos ini lebih lanjut

Dzikir Pagi dan Petang (14)

سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ: عَدَدَ خَلْقِهِ، وَرِضَا نَفْسِهِ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ. (ثلاس مرات إذا أصبح)

“Maha Suci Allah, aku memuji-Nya sebanyak makhluk-Nya, sejauh kerelaan-Nya, seberat timbangan arasy-Nya dan sebanyak tinta tulisan kalimat-Nya.” (Dibaca tiga kali setiap pagi hari)[1]

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً. (إذا أصبح)

“Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik dan amal yang diterima.” (Dibaca pagi hari)[2]

أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ. (مائة مرة في اليوم)

“Aku memohon ampun kepada Allah dan bertobat kepada-Nya.” (Dibaca seratus kali dalam sehari)[3]

Disalin dari Terjemah Hishnul Muslim oleh Syaikh Dr. Sa’id bin Ali Wahf Al-Qahthani, Hal. 93-94.


[1]   HR. Muslim 4/2090.
[2]  HR. Ibnu As-Sunni dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah, no. 54, dan Ibnu Majah no. 925. Sanadnya dihasankan oleh Syu’aib dan Abdul Qadir Al-Arna’uth dalam tahqiq Zaadul Ma’ad 2/375.
[3]   HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 11/101, dan Muslim 4/2075.