Syarah Keutamaan Tasbih, Tahmid, Tahlil, dan Takbir (12)

الْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ: سُبْحَانَ اللهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ

“Amalan-amalan yang kekal lagi shalih adalah: سُبْحَانَ اللهِ ‘Mahasuci Allah’, وَالْحَمْدُ لِل ‘segala, puji hanya milik Allah’, وَلاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ ‘Tiada Tuhan Yang berhak disembah selain Allah’, وَاللهُ أَكْبَرُ ‘Allah Mahabesar’ dan وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ ‘dan tiada daya dan kekuatan melainkan di sisi Allah’.”[1]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu Anhu.

Ungkapan الْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ adalah berbagai amal shalih yang dengannya diharapkan wajah Allah Ta’ala. Dan mengabadikan bagi pengucapnya pahalanya selama-lamanya. Allah Ta’ala berfirman,

وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلا

“Tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. Al-Kahfi/18: 46)[]

Disalin dari Syarh Do’a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad dengan Korektor Syaikh Dr. Sa’id bin Ali Wahf Al-Qahthani, terbitan Darul Falah Jakarta, Hal. 617.


[1]     Ahmad, (3/75), no. 513 dengan urutan Ahmad Syakir. Isnadnya shahih. Lihat Majma’ Az-Zawa’id, (1/297); dan dikuatkan Ibnu Hajar dalam Bulugh Al-Maram dari riwayat Abu Sa’id ke riwayat An-Nasa’i, dalam kitab Amal Al-Yaum wa Al-Lailah, no. 848.  Dan dia berkata, “Dishahihkan Al-Hakim, (1/512); dan Ibnu Hibban, no. 840.”.

Iklan

Syarah Keutamaan Tasbih, Tahmid, Tahlil, dan Takbir (6)

مَنْ قَالَ: سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ، غُرِسَتْ لَهُ نَخْلَةٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang membaca: سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ ‘Mahasuci Allah Yang Mahaagung, dan pujian untuk-Nya’, maka ditanam untuknya sebatang pohon kurma di surga.”[1]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Jabir bin Abdullah Radhiyallahu Anhu.

 غُرِسَتْ ‘ditanamkan’. Dikatakan, “Sebatang pohon ditanam”, jika pohon itu telah ditegakkan di atas bumi.

 نَـخْلَةٌ ‘pohon kurma’, dengan kata lain, setiap satu kali mengucapkan dzikir itu, maka baginya sebatang pohon kurma dalam surga.

Dikhususkan pohon kurma karena sangat banyak manfaatnya dan buahnya yang sangat bagus. Wallahu A’lam.[]

Disalin dari Syarh Do’a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad dengan Korektor Syaikh Dr. Sa’id bin Ali Wahf Al-Qahthani, terbitan Darul Falah Jakarta, Hal. 608-609.


[1]     Ditakhrij At-Tirmidzi, (5/511), no. 3464-3465; dan Al-Hakim, (1/501); dishahihkan serta disepakati Adz-Dzahabi. Lihat Shahih Al-Jami’, (5/531), no. 6429; dan Shahih At-Tirmidzi, (3/160).

Syarah Keutamaan Tasbih, Tahmid, Tahlil, dan Takbir (5)

وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَكْسِبَ كُلَّ يَوْمٍ أَلْفَ حَسَنَةٍ؟ فَسَأَلَهُ سَائِلٌ مِنْ جُلَسَائِهِ: كَيْفَ يَكْسِبُ أَحَدُنَا أَلْفَ حَسَنَةٍ؟ قَالَ: يُسَبِّحُ مِائَةَ تَسْبِيْحَةٍ، فَيُكْتَبُ لَهُ أَلْفُ حَسَنَةٍ أَوْ يُحَطُّ عَنْهُ أَلْفُ خَطِيْئَةٍ

“Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Apakah seseorang di antara kamu tidak mampu mendapatkan seribu kebaikan setiap hari. Seorang dari anggota majelis bertanya, ‘Bagaimana caranya di antara kita bisa memperoleh seribu kebaikan (dalam sehari)?’ Beliau bersabda, ‘Hendaklah dia bertasbih seratus kali, maka ditulis seribu kebaikan baginya atau dihapuskan darinya seribu keburukan.'”[1]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Sa’ad bin Abi Waqqash Radhiyallahu Anhu.

أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ ‘apakah seseorang di antara kamu tidak mampu’, hamzah di awal kalimat itu adalah kata tanya dengan bentuk pengingkaran. Baca pos ini lebih lanjut

Syarah Keutamaan Tasbih, Tahmid, Tahlil, dan Takbir (3)

قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كَلِمَتَانِ خَفِيْفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيْلَتَانِ فِي الْمِيْزَانِ حَبِيْبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَـانِ: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ

“Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Dua kalimat yang ringan di lidah, pahalanya berat di timbangan (hari Kiamat) dan diantai Tuhan Yang Maha Pengasih adalah: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ ‘Mahasuci Allah dan segala puji hanya bagi-Nya dan سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ Mahasuci Allah Yang Mahaagung’.”[1]

Shahabat yang  meriwayatkan  hadits ini adalah Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu.

Memang dua kalimat di atas sangat ringan pada lisan ditinjau dari sedikitnya kata yang ada pada keduanya dan sangat mudah mempelajarinya.

Kedua kalimat itu sangat berat dalam timbangan karena disebutkan dalam hadits,

الْـحَمْدُ لِلَّهِ تَـمْلَأُ الْـمِيْزَانَ، وَ سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ يَـمْلَآنِ مَا بَيْنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بيْنَهُمَا

Ungkapan الْـحَمْدُ لِلَّهِ ‘Segala puji hanya bagi Allah’ akan memenuhi timbangan. Dan سُبْحَانَ اللهِ، وَالْـحَمْدُ لِلَّهِ ‘Mahasuci Allah dan segala puji hanya bagi Allah’ akan memenuhi , apa-apa di antara langit dan barat dan memenuhi langit dan bumi itu sendiri.”[2]

Disalin dari Syarh Do’a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad dengan Korektor Syaikh Dr. Sa’id bin Ali Wahf Al-Qahthani, terbitan Darul Falah Jakarta, Hal. 605-606.


[1]     Al-Bukhari, (7/168), no. 3462; dan Muslim, (4/2072), no. 2694.
[2]     Muslim, no. 223.