Syarah Keutamaan Dzikir (2)
09/05/2015 Tinggalkan komentar
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْراً كَثِيراً
“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab/33: 41)
Dengan kata lain dzikirlah kepada Allah dengan lisan, dzikirlah kepada-Nya dalam segala keadaan, karena manusia tidak akan lepas, apakah dalam keadaan taat ataupun maksiat, nikmat ataupun sangat sulit. Jika dalam keadaan taat, maka dia harus dzikir kepada Allah Ta’ala dan tetap dengan ikhlas dan memohon kepada-Nya penerimaan dan taufik-Nya. Sedangkan jika dalam keadaan maksiat, maka dia harus dzikir kepada Allah Ta’ala dengan memohon taubat dan ampunan kepada-Nya. Sedangkan jika dalam keadaan nikmat, maka dia harus dzikir kepada-Nya dengan syukur kepada-Nya. Sedangkan jika dalam keadaan yang sangat sulit, maka dia harus dzikir kepada Allah dengan sabar.
Dikatakan, اذْكُرُوا اللَّهَ ‘berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah’ adalah pujilah Dia dengan berbagai macam pujian, baik berupa pensucian, pemuliaan, tahlil, pengagungan, dan semua pujian yang layak bagi-Nya. Dan perbanyaklah semua itu.
Bisa saja yang dimaksud dengan dzikir dan memperbanyaknya adalah memperbanyak semangat untuk beribadah. Sesungguhnya semua ketaatan dan semua kebaikan adalah bagian dari dzikir.[]
Disalin dari Syarh Do’a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad dengan Korektor Syaikh Dr. Sa’id bin Ali Wahf Al-Qahthani, terbitan Darul Falah Jakarta, Hal. 59-60