اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ أَعْلَمُ
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari tindakan menyekutukan Engkau, sedang aku mengetahuinya dan aku minta ampun kepadamu terhadap apa yang tidak aku ketahui (bahwa hal itu perbuatan syirik-red.).'”[1]
Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abu Musa Al-Asy’ari dan selainnya Radhiyallahu Anhum.
Disebutkan di dalamnya sabda beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا هَذَا الشِّرْكَ فَإِنَّهُ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ، فَقَالَ لَهُ مَنْ شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَقُولَ: وَكَيْفَ نَتَّقِيهِ، وَهُوَ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ قُولُوا…
“Wahai sekalian manusia, takutlah kepada tindakan syirik ini, sesungguhnya dia itu lebih tersembunyi dari pada langkah seekor semut.’ Seseorang yang dikehendaki Allah untuk berkata kepada beliau, ‘Bagaimana kita takut kepadanya, padahal dia itu lebih tersembunyi daripada langkah seekor semut, wahai Rasulullah? Beliau menjawab, ‘Katakan: …’.”
Baca pos ini lebih lanjut