Syarah Keutamaan Dzikir (12)

Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda,

مَا جَلَسَ قَوْمٌ مَجْلِسًا لَمْ يَذْكُرُوا اللهَ فِيْهِ، وَلَمْ يُصَلُّوْا عَلَى نَبِيِّهِمْ إِلاَّ كَانَ عَلَيْهِمْ تِرَةٌ، فَإِنْ شَاءَ عَذَّبَهُمْ وَإِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُمْ

“Tidaklah suatu kaum duduk dalam suatu majelis dengan tidak dzikir kepada Allah dalam majelis itu atau tidak bershalawat kepada Nabi mereka, melainkan atas mereka kekurangan. Maka, jika Allah menghendaki menyiksa mereka; dan jika Dia menghendaki mengampuni mereka.”[1]

Perawi hadits ini adalah Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu.

Ungkapan تِرَةٌ adalah kekurangan, kerugian, dan penyesalan.

Baca pos ini lebih lanjut

Iklan

Syarah Keutamaan Dzikir (6)

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda,

أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ أَعْمَالِكُمْ، وَأَزْكَاهَا عِنْدَ مَلِيْكِكُمْ، وَأَرْفَعِهَا فِيْ دَرَجَاتِكُمْ، وَخَيْرٍ لَكُمْ مِنْ إِنْفَاقِ الذَّهَبِ وَالْوَرِقِ، وَخَيْرٍ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوْا أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوْا أَعْنَاقَكُمْ؟ قَالُوْا بَلَى. قَالَ: ذِكْرُ اللهِ تَعَالَى

‘”Maukah kusampaikan kepada kalian semua sebaik-baik amal kalian, sesuci-sucinya menurut Penguasa kalian, yang paling tinggi derajatnya bagi kalian, dan lebih baik bagi kalian daripada menginfakkan emas dan perak, lebih baik bagi kalian daripada kalian bertempur dengan pasukan musuh sehingga kalian menebas leher mereka dan mereka menebas leher kalian?’ Mereka menjawab, ‘Ya’. Beliau bersabda, ‘Dzikir kepada Allah Ta’ala’.”[1]

Perawi hadits ini adalah Shahabat Abu Ad-Darda Uwaimir bin Amir Radhiyallahu Anhu.

Sesungguhnya dzikir kepada Allah Azza wa Jalla adalah lebih utama dari segala macam amal. Bahkan merupakan amal yang paling suci. Paling tinggi derajatnya. Dan dia lebih utama daripada sedekah. Di mana beliau bersabda,

وَخَيْرٍ لَكُمْ مِنْ إِنْفَاقِ الذَّهَبِ وَالْوَرِقِ

Baca pos ini lebih lanjut

Syarah Dzikir Sebelum Tidur (13)

اَللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِيْ إِلَيْكَ، وَفَوَّضْتُ أَمْرِيْ إِلَيْكَ، وَوَجَّهْتُ وَجْهِيَ إِلَيْكَ، وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِيْ إِلَيْكَ، رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ، لاَ مَلْجَأَ وَلاَ مَنْجَا مِنْكَ إِلاَّ إِلَيْكَ، آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِيْ أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِيْ أَرْسَلْتَ

‘Ya Allah, aku menyerahkan diriku kepada-Mu, aku menyerahkan urusanku kepada-Mu, aku menghadapkan wajahku kepada-Mu, aku merebahkan punggungku kepada-Mu. Karena senang (mendapat pahala-Mu) dan takut pada (siksa-Mu). Tidak ada tempat perlindungan dan penyelamatan dart (siksa)-Mu, kecuali kepada-Mu. Aku beriman pada kitab yang telah Engkau turunkan dan nabi-Mu yang Engkau utus.”[1]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Al-Bara’ bin Azib Radhiyallahu Anhu.

Di bagian awal hadits ini Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الْأَيْمَنِ ثُمَّ قُلْ…

“Jika engkau mendatangi tempat tidurmu, maka berwudhulah sebagaimana wudhumu untuk menunaikan shalat, lalu berbaringlah di atas sisi kananmu dan bacalah…. “

Baca pos ini lebih lanjut

Syarah Dzikir Sebelum Tidur (11)

اَللَّهُمَّ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ، رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيْكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِيْ، وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ، وَأَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِيْ سُوْءًا أَوْ أَجُرُّهُ إِلَى مُسْلِمٍ

“Ya Allah, Yang Maha Mengetahui yang gaib dan yang nyata. Wahai Tuhan Pencipta langit dan bumi, Tuhan segala sesuatu yang merajainya. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan Yang berhak disembah, kecuali Engkau. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan diriku, syetan, dan bala tentaranya, atau aku menjalankan kejelekan terhadap diriku atau mendorong orang Islam padanya.”[1]

Shahabat   yang   meriwayatkan   hadits   ini   adalah Abdullah bin Amr bin Al-Ash Radhiyallahu Anhuma.

Ungkapan فَاطِرَ ‘Pencipta’.

Ungkapan وَشِرْكِهِ ‘kesyirikannya’, dengan kata lain, apa-apa yang dia menyeru kepadanya berupa tindakan menyekutukan Allah. Dikatakan, “Kata itu dengan dua buah fathah, yakni شَرَكَهُ yang artinya jebakan dan alat berburunya.

Ungkapan وَأَنْ أَقْتَرِفَ ‘menjalankan’, dengan kata lain, memperbuat dan mengerjakan.

Ungkapan أَوْ أَجُرُّهُ ‘atau aku mendorongnya’, dari kata الْـجَرُّ yang artinya menarik. Kata ganti (dhamir) kembali kepada ‘keburukan’.[]

Disalin dari Syarh Do’a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad dengan Korektor Syaikh Dr. Sa’id bin Ali Wahf Al-Qahthani, terbitan Darul Falah Jakarta, Hal. 304-305


[1]     Abu Dawud, (4/317), no. 5083. Dan lihat Shahih At-Tirmidzi, (3/142).

Syarah Dzikir Sebelum Tidur (6)

اَللَّهُمَّ قِنِيْ عَذَابَكَ يَوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَكَ (ثَلَاثَ مِرَارٍ)

“Ya Allah, lindungilah aku (dari) adzab-Mu pada hari Engkau bangkitkan hamba-hamba-Mu” (Dibaca tiga kali)[1]

Shahabiyah yang meriwayatkan hadits ini adalah Ummul Mukminin Hafshah bintu Umar Radhiyallahu Anha.

Disebutkan di bagian awal hadits ini ungkapannya Radhiyallahu Anha sebagai berikut. Baca pos ini lebih lanjut

Syarah Dzikir Sebelum Tidur (4)

بِاسْمِكَ رَبِّيْ وَضَعْتُ جَنْبِيْ، وَبِكَ أَرْفَعُهُ، فَإِنْ أَمْسَكْتَ نَفْسِيْ فَارْحَمْهَا، وَإِنْ أَرْسَلْتَهَا فَاحْفَظْهَا بِمَا تَحْفَظُ بِهِ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ

“Dengan menyebut nama-Mu, wahai Tuhanku aku merebahkan tubuhku, dengan menyebut nama-Mu aku angkat tubuhku. Jika Engkau hendak menahan jiwaku (mencabut nyawaku), maka kasihanilah; dan jika Engkau biarkan (hidup), maka jagalah sebagaimana Engkau menjaga hamba-hamba-Mu yang shalih.”[1]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu.

Disebutkan di bagian awal hadits:

إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ عَنْ فِرَاشِهِ ثُمَّ رَجَعَ إِلَيْهِ فَلْيَنْفُضْهُ بِصَنِفَةِ إِزَارِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَإِنَّهُ لَا يَدْرِي مَا خَلَفَهُ عَلَيْهِ بَعْدُ فَإِذَا اضْطَجَعَ فَلْيَقُلْ…

Baca pos ini lebih lanjut

Syarah Dzikir Sebelum Tidur (2)

اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَلا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

“Allah, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melairikan Dia Yang hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Mahatinggi lagi Mahabesar” (Al-Baqarah: 255).[1]

Baca pos ini lebih lanjut

Syarah Dzikir Pagi dan Petang (23)

أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ. (ثَلَاسَ مَرَّاتٍ إِذَا أَمْسَى)

“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan apa-apa yang Dia ciptakan.” (Dibaca tiga kali jika sore tiba)[1]

Perawi hadits ini adalah Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu.

Disebutkan dalam hadits,

أَنْ مَنْ قَالَـهَا حِيْنَ يُمسِي ثَلَاسَ مَرَّاتٍ لَمْ تَضُرَّهُ حُمَةُ تِلْكَ الْلَيْلَةِ

Baca pos ini lebih lanjut

Syarah Dzikir Pagi dan Petang (22)

أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ. (مِائَةً مَرَّةٍ فِي الْيَوْمِ)

“Aku beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya.” (Dibaca seratus kali sehari).[1]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Al-Agharr bin Yasar Al-Muzani Radhiyallahu Anhu.

Ungkapan أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ ‘aku beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya’ adalah nyata bahwa beliau memohon ampunan dan berkeinginan keras untuk bertaubat.

Baca pos ini lebih lanjut

Syarah Dzikir Pagi dan Petang (18)

لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ. (عَشَرَ مَرَّاتٍ أَوْ مَرَّةً وَاحِدَةً)

“Tiada Tuhan Yang berhak disembah, kecuali Allah Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya pujian. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Dibaca sepuluh kali[1] atau satu kali [2])

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abu Ayyasy Radhiyallahu Anhu. Dikatakan, “Namanya adalah Zaid bin Ash-Shamit Radhiyallahu Anhu.” Dikatakan pula, “Zaid bin An-Nu’man Radhiyallahu Anhu.” Dan dikatakan pula nama yang lain.[3]

Baca pos ini lebih lanjut