Dzikir Adalah Penyelamat Dari Siksa Allah

وَعَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:

مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ عَمَلاً أَنْـجَى لَهُ مِنْ عَذَابِ اللهِ مِنْ ذِكْرِ اللهِ.

أَخْرَجَهُ ابْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَالطَّبْرَنِيُّ بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ.

Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak seorang pun dari anak cucu Adam yang mengerjakan sebuah amalan yang lebih dapat manyelamatkannya dari adzab Allah kecuali dzikir kepada Allah.”
HR. Ibnu Abu Syaibah dan Ath-Thabrani dengan sanad yang hasan.1

Derajat Hadits
Hadits ini hasan. Al Hafizh Al lraqi berkata: diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam Al Mushannaf dan diriwayatkan pula oleh Ath-Thabrani dari hadits Mu’adz dengan sanad yang hasan.
Demikian pula, hadits ini telah dinyatakan hasan oleh penulis [Al-Hafidzh Ibnu Hajar] dalam buku ini.
Al Haitsami berkata: perawi-perawi hadits ini terdiri dari orang-orang yang meriwayatkan hadits shahih.[]

Disalin dari Taudhihul Ahkam min Bulughil Maram, Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al Bassam.


1. Ibnu Abu syaibah ( 10/300) dan Ath-Thabrani dalam Al Kabir (20/166)

Bacaan Ketika Akan Masuk WC dan Syarahnya dari Subulus Salam

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: كَانَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْخَلَاءَ قَالَ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ

Dari Anas Radhiyallahu Anhu, dia berkata, “Apabila Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam masuk kamar kecil, beliau mengucapkan, ”Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari setan laki-laki dan setan perempuan.”[1] (HR. As-Sab’ah)[2]

Penjelasan Kalimat

Apabila Rasulullah Sahllallahu Alaihi wa Sallam masuk kamar kecil (WC) (yaitu ketika beliau hendak masuk ke dalamnya) beliau membaca, اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ ‘Ya Allah sesungguhnya aku berlindung diri pada-Mu dari setan laki-laki’ (Kata khubuts adalah bentuk jamak dari kata khabits (yang kotor) dan setan perempuan (kata khaba’its adalah bentuk jamak dari kata khabitsah. Yang beliau maksud dengan yang pertama (khubuts) adalah setan laki-laki, sedangkan kata kedua (khaba ‘its) adalah setan perempuan).”

Tafsir Hadits

Pada riwayat lain, Sa’id bin Manshur meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengucapkan, “Bismillah, ya Allah….”, Al­-Hadits. Penulis[3] berkata dalam kitab Al-Fath,[4] “Dan diriwayatkan oleh Al­Ma’mari, sanadnya sesuai dengan syarat Muslim, dalam riwayat tersebut terdapat tambahan bacaan basmalah, dan tambahan ini tidak aku temukan pada riwayat selainnya.”

Hanya saja, kami katakan bahwa yang dimaksud dengan kata dakhala (masuk) adalah ‘ketika beliau hendak masuk’, karena jika beliau sudah masuk ke dalamnya, tidak lagi mengucapkannya. Pendapat kami ini dijelaskan oleh Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad dari hadits Anas, ia berkata, “Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ingin masuk kamar kecil.” (Al-Hadits)

Ini berlaku untuk segala tempat yang memang dipersiapkan untuk buang hajat, dengan qarinah kata dakhala tadi. Oleh karenanya, Ibnu Baththal mengatakan, “Riwayat dengan menggunakan lafazh, ‘idzaa ataa’ (bila datang), sifatnya lebih umum, karena lafazh tersebut cakupannya lebih luas.”

Dzikir ini juga disyariatkan menyebutkannya pada tempat lain yang tidak disediakan sebagai tempat buang air, meskipun hadits itu menjelaskan pada tempat khusus (kamar kecil), clan bahwa setan hadir dalam tempat itu. Disyari’atkan pula membacanya pada tempat yang bukan disediakan untuk buang air, sewaktu ingin mengangkat kainnya sebelum memasuki kamar kecil.

Zhahirnya, hadits Anas ini menunjukkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengeraskan bacaan dzikirnya, maka dari itu lebih baik dikeraskan.[]

Disalin dari Terjemahan Kitab Subulus Salam syarah Bulughul Maram, hal. 176-177, Karya Imam Ash-Shan’ani rahimahullah


[1] Shahih al-Bukhari (142) dan Shahih Muslim (375)
[2] Muksudnya Hadits Riwayat Imam yang tujuh, yakni Ahmad, al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, an-Nasa’i, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah
[3] Yakni al-Imam al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah, penulis kitab Bulughul Maram
[4] Yakni kitab Fathul Baari, karya fenomenal al-Hafizh Ibnu Hajar yang men-syarah (menjelaskan/menafsirkan) Shahih al-Bukhari

Konsisten Dalam Ber-DZIKIR

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُسْرٍ قَالَ: أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رجلٌ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ شَرَائِعَ الْإِسْلَامِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَيْنَا، فَبَابٌ نَتَمَسَّكُ بِهِ جَامِعٌ؟ قَالَ: لَا يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ

Dari Abdullah bin Busr radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, seseorang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya syariat Islam telah banyak atas kami, maka apakah ada sebuah amal ibadah menyeluruh yang dapat kami amalkan?”. Beliau pun bersabda, “Hendaknya senantiasa lisanmu basah dengan berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala”. (Dikeluarkan oleh Imam Ahmad dengan lafazh seperti ini, dan dikeluarkan oleh At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam Shahih-nya dengan makna yang serupa. Dan At-Tirmidzi berkata, “Hasan Gharib”.[1])

PENJELASAN HADITS

  1. Pertanyaan seorang sahabat ini merupakan satu contoh dari sekian contoh yang banyak dalam pertanyaan-pertanyaan para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang berbagai macam perkara agama. Semua itu menunjukkan keutamaan, kepandaian, ketanggapan, dan semangat mereka dalam menginginkan dan memperoleh setiap kebaikan. Dan maksud dari syariat-syariat yang telah banyak adalah ibadah-ibadah yang sunnah. Sahabat ini ingin mengetahui satu jalan dari jalan-jalan kebaikan yang hendak ia khususkan dan lebih perhatikan agar ia mendapatkan pahala labih dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Adapun hal-hal yang wajib, maka seluruhnya dibutuhkan. Dan wajib bagi setiap Muslim untuk melakukan seluruhnya. Dalam hadits ini Nabi menjawab agar sahabat tersebut konsisten dengan berdzikir kepada Allah, dan menganjurkan agar lisannya senantiasa basah dengan berdzikir kepada Allah.

Dan dzikir, ada dua macam; umum dan khusus. Dzikir yang bersifat umum adalah seperti; melakukan shalat, membaca Al-Qur’an, mempelajari dan mengajarkan ilmu, memuji Allah, menyucikan Allah dari segala yang tidak layak bagi-Nya. Adapaun dzikir khusus, maka seperti memuji-Nya dengan ber-hamdalah, mengucapkan laa ilaaha illallaah, bertakbir, dan semisalnya, yang semua ini diiringi dengan berdoa kepada Allah. Maka sering diucapkan kata “Dzikir dan Doa”.

Amalan ini mudah bagi seseorang, namun besar pahalanya di sisi Allah. Dan telah tetap sebuah hadits di dalam Ash-Shahihain, dan hadits ini merupakan hadits yang paling akhir dalam Shahih Al-Bukhari, yaitu sabdanya:

كَلِمَتَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ، خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ، ثَقِيلَتَانِ فِي الْمِيزَانِ: سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ وَسُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ

Dua kata yang dicintai Allah, ringan diucapkan oleh lisan, berat timbangannya dalam mizan. Dua kalimat tersebut adalah Subhanallahi wa bihamdihi dan Subhanallahil ‘Azhim“.

  1. Pelajaran dan faidah hadits:
  • Semangat para sahabat radhiallahu ‘anhum dalam bertanya-tanya tentang perkara agama mereka.
  • Keutamaan berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan konsisiten di dalamnya.[]

Disalin dari Penjelasan 50 Hadits Inti Ajaran Islam karya Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al-‘Abbad Al-Badr hafizhahullah, hadits ke-50; terbitan Yufid.Com


[1]     HR Ahmad (4/188), At-Tirmidzi (3375), Ibnu Majah (3793), Ibnu Hibban dalam Shahih-nya (814). Dan hadits ini di-shahih-kan oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wat Tarhib (2/95/1491) dan kitab-kitab beliau lainnya.

Meminta Ampun dan Taubat

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الْرَّحِيْمُ

Ya Rabbi! Ampunilah aku dan terimalah taubatku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang

إِنْ كُنَّا لَـنُعَدُّ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَجْلِسِ الْوَاحِدِ مِائَةُ مَرَّةٍ: رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الْرَّحِيْمُ

Sungguh, kami menghitung Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam satu majlis mengucapkan (doa) berikut sebanyak 100 kali: Ya Rabbi! Ampunilah aku dan terimalah taubatku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (HR. Abu Daud, at-Tirmidzi, al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu)

Dalam at-Tirmidzi ada tambahan: … dalam suatu majlis sebelum Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit. Dan dalam al-Adabul Mufrad juga dalam riwayat Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan itu setelah shalat Dhuha. Lafazh Ahmad dan at-Tirmidzi dengan lafazh أَنْتَ التَّوَّابُ الْغَفُورُ; sedangkan dalam riwayat Abu Daud, Ibnu Majah dan Ibnu Sunni: أَنْتَ التَّوَّابُ الْرَّحِيْمُ.

Mutiara Hadits

  • Betapa besar sifat tawadhu’ dan tunduk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Rabbnya. Padahai Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mendapat ampunan dari Allah Azza wa Jalla. Para Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperbanyak istighfar sebagai bentuk ‘ubudiyyah kepada Allah Azza wa Jalla; dan bentuk pengakuan betapa lemahnya makhluk dalam menunaikan hak Allah Azza wa Jalla. Jika para Nabi seperti itu, lalu bagaimana dengan selain Nabi yang tidak mempunyai jaminan ampunan?
  • Para Sahabat punya antusias untuk mengetahui bagaimana perilaku Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meneladaninya. Maka sangat perlu sekali bagi umat ini untuk memperhatikannya agar bisa meneladani Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  • Keutamaan istighfar dan mengulang-ulangnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri bersabda:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ، فَإِنِّيْ أَتُوْبُ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ

Baca pos ini lebih lanjut

Doa Meminta Perlindungan dari Semua Keburukkan

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّ مَا عَمِلْتُ، وَمِنْ شَرِّ مَالَـمْ أَعْمَلْ

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari keburukan apa yang aku kerjakan, dan dari keburukan apa yang belum aku lakukan.

Farwah bin Naufal al-Asyja’i pernah berkata, ‘Aku bertanya kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha tentang doa yang biasa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam panjatkan kepada Allah Azza wa Jalla. Aisyah menjawab, Beliau biasa berdoa: lalu Aisyah radhiyallahu ‘anha menyebutkan doa tersebut di atas. (HR. Muslim)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam – meskipun Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan sosok yang ma’shum– namun, Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memohon perlindungan kepada Allah Azza wa Jalla dari berbagai keburukan, agar senantiasa komitmen dan istiqamah dalam menghadirkan rasa takut kepada Allah, selalu mengagungkan dan menyanjung kebesaran-Nya serta untuk menunjukkan betapa Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa membutuhkan-Nya. Dan ini adalah pengajaran dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya, agar mereka meneladani Beliau. Padahal seluruh amalan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam itu baik, tak ada keburukannya.

Doa ini memuat permintaan perlindungan dari semua keburukan, baik yang telah dilakukan seorang hamba ataupun belum. Baik di waktu lalu, sekarang, ataupun yang akan datang. Karena bila keburukan telah terhimpun dalam diri seseorang, maka itu akan merusak agama, dunia dan akhiratnya.

Baca pos ini lebih lanjut

Doa Saat Khawatir Hal Buruk Menimpa

DOA SAAT KHAWATIR HAL BURUK MENIMPA
Majalah as-Sunnah Ed. 4 Th. XXI_1438H/2017M, hal.1.

حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الوَكِيْلُ عَلَى اللهِ تَوَكَّلْنَا

Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung. Hanya kepada Allah kami bertawakkal

Ucapan hasbalah yaitu Hasbunallah; adalah dzikir agung yang mengandung makna tawakkal kepada Allah, bersandar kepada-Nya, dan meminta pertolongan, bantuan dan taufik dari-Nya. Secara umum, kalimat ini diucapkan dalam dua kondisi:

Saat memohon suatu kemanfaatan, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla dalam Surat at-Taubah ayat 59;

وَلَوْ أَنَّهُمْ رَضُوْاْ مَا آتَاهُمُ اللّهُ وَرَسُولُهُ وَقَالُواْ حَسْبُنَا اللّهُ سَيُؤْتِينَا اللّهُ مِن فَضْلِهِ وَرَسُولُهُ إِنَّا إِلَى اللّهِ رَاغِبُونَ

Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: “Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah” (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka). (QS. At-Taubah/9:59)

Saat menolak bahaya; seperti dalam Surat Ali Imran ayat 173-174;[1]

الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُواْ لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَاناً وَقَالُواْ حَسْبُنَا اللّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ. فَانقَلَبُواْ بِنِعْمَةٍ مِّنَ اللّهِ وَفَضْلٍ لَّمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُواْ رِضْوَانَ اللّهِ وَاللّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ

Baca pos ini lebih lanjut

Manfaat Doa Sebelum Jima’

MANFAAT DOA SEBELUM JIMA’
Oleh: Ustadz Abu Minhal. Lc

Rasulullah صلى الله عليه وسلم telah mengajarkan doa-doa dan dzikir-dzikir bagi umatnya dalam berbagai aspek kehidupan. Doa-doa dan dzikir-dzikir tersebut sangat penting diamalkan oleh umat Islam dikarenakan teks-teks doa dan dzikir terbaik tersebut berasal dari wahyu yang tidak memuat sedikit pun kesalahan.

Termasuk dzikir atau doa yang disyariatkan bagi umat Islam adalah doa sebelum seorang lelaki mencampuri istrinya.

Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas رضي الله عنهما, bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengajarkan doa berikut ini bagi seseorang yang hendak mencampuri istrinya:

بِاسْمِ االلهِ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ، وَجَنِّبْ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا

“Dengan (menyebut) nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari (gangguan) setan dan jauhkanlah setan dari rezki yang Engkau anugerahkan kepada kami”,

Baca pos ini lebih lanjut

Membaca Ta’awwudz Ketika Sholat Terganggu

MEMBACA TA’AWWUDZ KETIKA
KONSENTRASI SHALAT TERGANGGU
Majalah as-Sunnah Ed. 8 Th. XX_1438H/2017M, hal.1.

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

Aku berlindung kepado Allah dari syaitan yang terkutuk.

Kemudian meniupkan mulut dengan sedikit hembusan Ludah (tafl; bukan meludah) sebanyak tiga kali.

Ini seperti ucapan Utsman bin Abil ‘Ash رضي الله عنه ketika datang kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم, “Wahai Rasulullah! Sungguh, syaitan telah menghalangi antara aku dengan shalatku dan bacaanku, la membuatnya rancu bagiku? “Maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, “Itu adalah syaitan, yang disebut dengan Khinzab. Bila engkau merasakannya, maka mohonlah perlindungan kepada Allah صلى الله عليه وسلم darinya. Dan tiupkanlah dengan sedikit hembusan ludah ke arah kirimu tiga kali.” Lalu aku (Utsman bin Abil ‘Ash) pun melakukannya, dan Allah عزّوجلّ menghilangkan gangguan syaitan itu dariku. (HR. Muslim).

Utsman bin Abil Ash رضي الله عنه dalam hadits di atas mendapati ada rasa was-was dan gangguan kala ia shalat. Syaitan telah menghalangi kekhusyukannya. Syaitan telah mengganggunya, sehingga ia tidak bisa merasakan kelezatan shalat dan konsentrasi untuk menghadirkan khusyuk. Karena syaitan telah mengacaukan shalatnya dan membuatnya dihinggapi ragu-ragu dalam shalatnya.

Baca pos ini lebih lanjut

Doa Nabi Zakariyya Memohon Anak Sholeh

DOA NABI ZAKARIYYA عليه السلام
MEMOHON KETURUNAN YANG SHALIH
Majalah as-Sunnah Ed. 12 Th. XX_1438H/2017M, hal.1.

رَبِّ هَبْ لِي مِن لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاء

Wahai Rabbku! Berilah aku dari sisi-Mu seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa. (QS. Ali Imran/3: 38).

Ini adalah doa Nabi Zakariya عليه السلام. Tatkala Allah عزّوجلّ memberi rezeki kepada Maryam buah-buahan tidak pada musimnya; buah-buahan musim dingin tersedia pada musim panas terik, dan buah-buahan musim panas tersedia di musim dingin. Melihat itu, Zakariya عليه السلام sangat tergerak untuk mendapatkan anak. Padahal usianya sudah tua, demikian juga istrinya, bahkan dia mandul. Namun ia sadar, bahwa Dzat yang mendatangkan itu semua untuk Maryam, pasti berkuasa memberinya anak.

Nabi Zakariyya عليه السلام berdoa kepada Rabbnya agar dianugerahi keturunan yang baik; baik akhlak dan adabnya, agar nikmat agama dan dunia menjadi sempurna dengan keberadaan mereka.

Baca pos ini lebih lanjut

Keutamaan Mendoakan Sesama Muslim Tanpa Sepengetahuannya

KEUTAMAAN MENDOAKAN KEBAIKAN SESAMA MUSLIM TANPA SEPENGETAHUANNYA
Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA

عَنْ أَبِيْ الدَّرْدَاءِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ، عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لِأَخِيهِ بِخَيْرٍ، قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ: آمِينَ وَلَكَ بِـمِثْلٍ

Dari Abu ad-Darda’ رضي الله عنه bahwa sesungguhnya  Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, “Do’a (kebaikan) seorang Muslim bagi saudaranya (sesama Muslim) di belakangnya (tanpa sepengetahuannya) adalah mustajab (dikabulkan oleh Allah), di atas kepalanya ada malaikat yang ditugaskan (dengan perintah Allah untuk urusan ini), setiap kali dia mendoakan kebaikan bagi saudaranya, maka malaikat yang ditugaskan itu berkata: “Amin (Ya Allah, kabulkanlah!) dan kamu juga akan mendapatkan (kebaikan) seperti itu”. (HR. Muslim no. 2733).

Baca pos ini lebih lanjut