Keutamaan Dzikir Sehari Semalam

KEUTAMAAN DZIKIR-DZIKIR YANG BERKAITAN
DENGAN AMALAN SEHARI SEMALAM

Sungguh, di antara bahasan mulia dan perkara penting yang sangat dibutuhkan setiap Muslim, adalah apa yang berkaitan dengan amalan seorang Muslim sehari semalam, ketika berdiri dan duduk, bergerak dan diam, masuk dan keluar, dan seluruh urusannya. Hendaknya dia memanfaatkan semua itu dalam ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menggunakannya pada apa yang diridhai-Nya. Sehingga pada semua itu dia dalam keadaan berdzikir terhadap Rabbnya, mohon pertolongan pada-Nya semata, dan menyerahkan seluruh urusannya kepada-Nya.

Disebutkan dalam Shahih Muslim bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam biasa berdzikir kepada Rabbnya di setiap keadaannya.[1] Yakni, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tidak meninggalkan dzikir pada Allah Subhanahu wa Ta’ala pada keadaan apapun di antara keadaan-keadaannya, malam dan siang, shubuh dan petang, safar dan mukim, berdiri dan duduk, serta keadaan-keadaannya yang lain. Tidaklah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakan suatu perbuatan seperti tidur dan terjaga, masuk dan keluar, menaiki kendaraan dan turun darinya, dan lain sebagainya, melainkan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memulainya dengan dzikir pada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan doa kepada-Nya.

Barang siapa mencermati sunnah penuh berkah dan petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang mulia, niscaya akan mendapati disana terdapat dzikir-dzikir pagi dan petang, dzikir-dzikir tidur dan bangun, dzikir-dzikir shalat dan sesudahnya, dzikir-dzikir makan dan minum, dzikir-dzikir menaiki kendaraan dan safar, dzikir-dzikir yang berkaitan dengan mengusir kegundahan, kerisauan dan kesedihan, dzikir-dzikir yang diucapkan ketika seorang Muslim melihat apa yang dia sukai dan tidak dia sukai, dan selain itu dari dzikir-dzikir yang berkaitan langsung dengan keadaan seorang Muslim sehari semalam.

Baca pos ini lebih lanjut

Beberapa Adab dan Kebaikan

إِذَا كَانَ جُنْحُ اللَّيْلِ -أَوْ أَمْسَيْتُمْ- فَكُفُّوْا صِبْيَانَكُمْ؛ فَإِنَّ الشَّيَاطِيْنَ تَنْتَشِرُ حِيْنَئِذٍ، فَإِذَا ذَهَبَ سَاعَةٌ مِنَ اللَّيْلِ فَخَلُّوْهُمْ، وَأَغْلِقُوا اْلأَبْوَابَ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللهِ؛ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا، وَأَوْكُوْا قِرَبَكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللهِ، وَخَمِّرُوْا آنِيَتَكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللهِ، وَلَوْ أَنْ تَعْرُضُوْا عَلَيْهَا شَيْئًا، وَأَطْفِئُوْا مَصَابِيْحَكُمْ

Apabila kegelapan malam telah tiba -atau kamu masuk di waktu malam-, maka tahanlah anak-anakmu, sesungguhnya setan pada saat itu bertebaran. Apabila malam telah terlewati sesaat, maka lepaskan mereka, tapi tutuplah pintu dan sebut nama Allah (baca: Bismillaah). Sesungguhnya setan tidak membuka pintu yang tertutup, ikatlah gerabahmu (tempat air dari kulit) dan sebutlah nama Allah. Tutuplah tempat-tempatmu dan sebutlah nama Allah, sekalipun dengan melintangkan sesuatu diatasnya, dan padamkan lampu-lampumu.[1][]

Disalin dari terjemah Hisnul Muslim, hal. 212-213.


[1]     HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 10/88, Muslim 3/1595.

Syarah Istigfar dan Taubat (4)

وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَقْرَبُ مَا يَكُوْنُ الرَّبُّ مِنَ الْعَبْدِ فِيْ جَوْفِ اللَّيْلِ اْلآخِرِ فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَكُوْنَ مِمَّنْ يَذْكُرُ اللهَ فِيْ تِلْكَ السَّاعَةِ فَكُنْ

“Dan beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Keadaan yang paling dekat antara Tuhan dan hamba-Nya adalah di tengah malam yang terakhir. Apabila kamu mampu tergolong orang yang berdzikir kepada Allah pada saat itu, lakukanlah.'”[1]

Shahabat yang meriwayatkan hadits adalah Amr bin Abasah Radhiyallahu Anhu.

Ungkapan أَقْرَبُ مَا يَكُوْنُ الرَّبُّ مِنَ الْعَبْدِ ‘saat Rabb paling dekat dengan hamba-Nya‘. Hikmah dalam dekatnya Rabb dari seorang hamba di waktu seperti itu adalah karena waktu seperti itu adalah waktu untuk menyeru Rabb. Apakah engkau tidak melihat hadits lain, Baca pos ini lebih lanjut

Doa Pada Malam Al-Qadar

Sungguh dalam setahun terdapat hari-hari utama dan waktu-waktu mulia. Berdoa padanya lebih utama dan pengabulan padanya lebih patut serta penerimaan padanya lebih diharapkan. Bagi-Nya عزّوجلّ hikmah yang tinggi. “Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilih.” (Al-Qashshash/28: 68). Kesempurnaan hikmah dan kekuasaan-Nya. serta kecukupan iimu dan peliputan-Nya. menjadikan Dia memilih apa yang Dia kehendaki dari waktu-waktu, tempat-tempat, dan individu-individu. Dia mengkhususkan hal-hal itu dengan tambahan karunia-Nya, besarnya penjagaan-Nya, dan kecukupan anugerah-Nya.

 Ini adalah sebesar-besar tanda rububiyah-Nya, seagung-agung bukti atas keesaan-Nya, dan ketunggalan-Nya dengan sifat-sifat kesempurnaan. Semua urusan adalah milik-Nya عزّوجلّ, baik yang dahulu maupun yang akan datang. Dia عزّوجلّ menetapkan pada ciptaan-Nya apa yang Dia sukai, dan memberi keputusan pada mereka dengan apa yang Dia inginkan:

فَلِلَّهِ الْحَمْدُ رَبِّ السَّمَاوَاتِ وَرَبِّ الأرْضِ رَبِّ الْعَالَمِينَ * وَلَهُ الْكِبْرِيَاءُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

“Bagi Allah segala pujian, Rabb langit dan Rabb bumi serta Rabb seluruh alam. Bagi-Nya keangkuhan di langit dan di bumi, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Al-Jatsiyah/45: 36-37)

Sungguh di antara apa yang dikhususkan Allah عزّوجلّ  dari waktu-waktu dengan tambahan karunia-Nya dan limpanan kemuliaan-Nya, adalah bulan Ramadhan. di mana Allah عزّوجلّ telah melebihkannya atas semua bulan. Begitu pula sepuluh terakhir dari malam-malamnya, di mana Allah telah melebihkannya atas semua malam. Lalu malam Al-Qadar, dimana Allah عزّوجلّ menjadikan padanya dari karunia-Nya di sisi-Nya, dan kedudukannya lebih baik daripada seribu bulan. Allah عزّوجلّ membesarkan perkaranya, meninggikan urasannya, menaikkan kedudukannya di sisi-Nya. Dia menurunkan padanya wahyu-Nya yang nyata, kalam-Nya yang mulia, dan kitab-Nya yang penuh hikmah. Petunjuk bagi orang-orang bertakwa dan pembeda bagi orang-orang beriman serta sinar, cahaya. dan rahmat.

Baca pos ini lebih lanjut

Keutamaan Berzikir Ketika Terjaga di Malam Hari

Dari ‘Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

مَنْ تَعَارَّ مِنْ اللَّيْلِ فَقَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْـحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، الْـحَمْدُ لِلَّهِ، وَسُبْحَانَ اللهِ، وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ، ثُمَّ قَالَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي -أَوْ دَعَا- اسْتُجِيبَ لَهُ فَإِنْ تَوَضَّأَ وَصَلَّى قُبِلَتْ صَلَاتُهُ

 “Barangsiapa yang terjaga di malam hari, kemudian dia membaca:

لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْـحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، الْـحَمْدُ لِلَّهِ، وَسُبْحَانَ اللهِ، وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ

‘Segala puji bagi Allah Tiada sembahan yang benar kecuali Allah semata dan tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nyalah segala kerajaan/kekuasaan dan bagi-Nya segala pujian, dan Dia maha mampu atas segala sesuatu, segala puji bagi Allah, maha suci Allah, tiada sembahan yang benar kecuali Allah, Allah maha besar, serta tiada daya dan kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah’, kemudian dia mengucapkan:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي

‘Ya Allah, ampunilah (dosa-dosa)ku’, atau dia berdoa (dengan doa yang lain), maka akan dikabulkan doanya, jika dia berwudhu dan melaksanakan shalat maka akan diterima shalatnya”.[1]

Baca pos ini lebih lanjut

Syarah Doa Apabila Merasa Takut dan Kesepian Ketika Tidur

Ungkapan بِالْوَحْشَةِ dikatakan bahwa artinya ‘kesedihan’. Dikatakan pula artinya ‘kesepian’ dan ‘rasa takut’.

أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ غَضَبِهِ وَعِقَابِهِ، وَشَرِّ عِبَادِهِ، وَمِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِيْنِ وَأَنْ يَحْضُرُوْنِ

“Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari kemarahan, siksaan dan kejahatan hamba-hamba-Nya, dan dari godaan syetan (bisikan) serta jangan sampai mereka hadir (kepadaku).”[1]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abdullah bin Amr bin Al-Ash Radhiyallahu Anhuma.

Baca pos ini lebih lanjut

Syarah Doa Ketika Ingin Membalikkan Badan di Malam Hari

Dengan kata lain, jika seseorang berbalik dari satu sisi ke sisi lain di atas kasurnya.

لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ، رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا الْعَزِيْزُ الْغَفَّارُ

“Tiada Tuhan Yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, Yang Maha Perkasa, Tuhan langit dan bumi dan di antara keduanya. Yang Mahamulia lagi Maha Pengampun”[1]

Shahabiyah yang meriwayatkan hadits ini adalah Aisyah Radhiyallahu Anha.

Ungkapan الْقَهَّارُ ‘berkuasa’, Dia adalah Dzat Yang memaksa dan menang atas segala makhluk sehingga semua akan tunduk kepada-Nya sebagaimana yang Dia kehendaki.

Ungkapan الْعَزِيْزُ ‘Yang Maha Perkasa’, yaitu Dzat Yang memiliki keperkasaan yang sempurna. Yang dengannya Dia memuliakan siapa saja yang Dia kehendaki dan menghinakan siapa saja yang Dia kehendaki.

Ungkapan الْغَفَّارُ ‘Yang Maha Pengampun’, yaitu Dzat Yang memiliki ampunan dan penghapusan dosa yang sempurna. Yang mampu meliputi semua dosa para hamba-Nya Yang bertaubat.

Dzikir ini juga mencakup permohonan kepada Allah sudi kiranya memalingkan darinya apa-apa yang dia temukan berupa susah tidur, gelisah, dan mudah terkejut.[]

Disalin dari Syarh Do’a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad dengan Korektor Syaikh Dr. Sa’id bin Ali Wahf Al-Qahthani, terbitan Darul Falah Jakarta, Hal. 311-312


[1]     Ditakhrij Al-Hakim dan dishahihkannya dan disepakati Adz-Dzahabi, (1/540); An-Nasai dalam kitab ‘Amal Al-Yaum wa Al-Lailah, no. 864; Ibnu As-Sunni dalam kitab ‘Amal Al-Yaum wa Al-Lailah (757). Lihat Shahih Al-Jami’, (4/213), no. 4693.

Syarah Dzikir Sebelum Tidur (12)

يَقْرَأُ (الـم) تَنْزِيْلُ السَّجْدَةِ، وَتَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الـمُلْكُ

“Membaca Alif, lam, mim, tanzil surat As-Sajdah dan وَتَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الـمُلْكُ (surat Al-Mulk).”[1]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Jabir bin Abdullah Radhiyallahu Anhuma.

Ungkapan يَقْرَأُ (الـم) تَنْزِيْلُ السَّجْدَةِ ‘membaca Alif, lam, mim, tanzil surat As-Sajdah’, dengan kata lain, surat As-Sajdah.

Ungkapan وَتَبَارَكَ yakni surat Al-Mulk.

Artinya, bukan tradisi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidur sebelum membaca dua surat ini.[]

Disalin dari Syarh Do’a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad dengan Korektor Syaikh Dr. Sa’id bin Ali Wahf Al-Qahthani, terbitan Darul Falah Jakarta, Hal. 305-306


[1]     At-Tirmidzi, no. 3404; An-Nasa’i, dalam kitab ‘Amal Al-Yaum wa Al-Lailah, no. 707. dan lihat Shahih Al-Jami’ (4/255), no. 4873.

Syarah Dzikir Sebelum Tidur (4)

بِاسْمِكَ رَبِّيْ وَضَعْتُ جَنْبِيْ، وَبِكَ أَرْفَعُهُ، فَإِنْ أَمْسَكْتَ نَفْسِيْ فَارْحَمْهَا، وَإِنْ أَرْسَلْتَهَا فَاحْفَظْهَا بِمَا تَحْفَظُ بِهِ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ

“Dengan menyebut nama-Mu, wahai Tuhanku aku merebahkan tubuhku, dengan menyebut nama-Mu aku angkat tubuhku. Jika Engkau hendak menahan jiwaku (mencabut nyawaku), maka kasihanilah; dan jika Engkau biarkan (hidup), maka jagalah sebagaimana Engkau menjaga hamba-hamba-Mu yang shalih.”[1]

Shahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu.

Disebutkan di bagian awal hadits:

إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ عَنْ فِرَاشِهِ ثُمَّ رَجَعَ إِلَيْهِ فَلْيَنْفُضْهُ بِصَنِفَةِ إِزَارِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَإِنَّهُ لَا يَدْرِي مَا خَلَفَهُ عَلَيْهِ بَعْدُ فَإِذَا اضْطَجَعَ فَلْيَقُلْ…

Baca pos ini lebih lanjut

Syarah Dzikir Sebelum Tidur (2)

اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَلا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

“Allah, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melairikan Dia Yang hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Mahatinggi lagi Mahabesar” (Al-Baqarah: 255).[1]

Baca pos ini lebih lanjut